JAKARTA, beritapalu | Pertanian memainkan peran penting dalam perekonomian Indonesia, berkontribusi sekitar 14 persen terhadap PDB negara dan mempekerjakan sekitar 28 persen angkatan kerja. Sektor ini sebagian besar mempekerjakan petani kecil yang tidak berpendidikan lebih tinggi dari sekolah dasar, sebagian besar berusia di atas 45 tahun dan tidak memiliki akses internet (berkecepatan tinggi).
Berdasarkan latar belakang tersebut, dengan tujuan untuk menunjukkan potensi manfaat (dan tantangan) dari kecerdasan buatan, untuk dan di dalam domain pertanian nasional, Kantor Perwakilan Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) untuk Indonesia dan Timor-Leste menyelenggarakan sebuah forum yang berjudul “Memupuk Keberhasilan Pertanian Indonesia: Bagaimana Kecerdasan Buatan dapat Mengubah Pertanian untuk Ketahanan Pangan, Produktivitas dan Pekerjaan yang Layak” di Jakarta, Rabu (4/12/2024).
Forum ini, yang merupakan forum ketiga dari serangkaian diskusi khusus yang difasilitasi oleh ILO tentang kecerdasan buatan dan dunia kerja, menghadirkan Prof Yassierli, Menteri Ketenagakerjaan Indonesia yang diwakilkan oleh Fahrurozi, Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional sebagai pembicara utama.
Prof Yeni Herdiyeni, Kepala Program Studi Kecerdasan Buatan di Sekolah Ilmu Data, Matematika dan Informatika, Universitas IPB dan Simrin Singh, Direktur ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste, membuka diskusi.
“Penggunaan kecerdasan buatan di sektor pertanian Indonesia telah menunjukkan dampak positif yang signifikan terhadap produktivitas. Kecerdasan buatan juga merupakan alat penting bagi pemerintah Indonesia untuk menerapkan dan mencapai program-program Asta Cita sebagai visi dan misi pemerintahan saat ini, mencapai Indonesia Emas 2045 dan untuk memenuhi komitmen global dalam mengatasi ketahanan pangan, perubahan iklim dan sebagainya,” kata Fahrurozi.
Ia juga menambahkan bahwa Kementerian Ketenagakerjaan berperan penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia pertanian melalui program-program pelatihan di balai-balai latihan kerja di seluruh Indonesia. Kementerian Ketenagakerjaan juga telah memberikan dukungan penuh terhadap kegiatan wirausaha pertanian.
“Kami hadir di sini hari ini karena masa depan pertanian di Indonesia bergantung pada tindakan kolektif. Kebijakan pemerintah, investasi sektor swasta dan partisipasi pekerja harus selaras untuk menciptakan kerangka kerja untuk mencapai produktivitas di mana teknologi melayani kemanusiaan dan membangun industri yang berpusat pada manusia. ILO terus mendukung Indonesia untuk memanfaatkan potensi kekuatan kecerdasan buatan untuk membangun sektor pertanian yang produktif dan cerdas,” ujar Simrin Singh dalam sambutannya.
Panelis yang diundang, termasuk H. Aun Gunawan, Ketua Koperasi Peternakan Sapi Perah Bandung Selatan, Muhammad Guruh, Wakil Presiden Senior Inovasi dan Agritech PT Astra Agro Lestari, Ainu Rofig, Co-Founder dan Board Member KOLTIVA serta Leonardo Lapalorcia, Presiden Dewan Direktur dan CEO di CRIF Layanan Informasi Keuangan (CLIK), berbagi pengetahuan dan praktik mengenai bagaimana aplikasi kecerdasan buatan telah atau dapat mempengaruhi produktivitas, atau dapat mempengaruhi produktivitas di bidang pertanian, meningkatkan efisiensi dalam penggunaan input, manajemen tanaman, kualitas produksi, optimalisasi rantai pasokan, serta menjelaskan bagaimana kecerdasan buatan dapat berkontribusi untuk mengatasi hambatan kritis seperti akses keuangan dengan memengaruhi skor kredit.
Lebih dari 100 pemangku kepentingan ahli yang berasal dari berbagai bidang yang saling melengkapi akan mendiskusikan potensi kecerdasan buatan di bidang pertanian dan pengolahan hasil pertanian untuk mencapai tujuan-tujuan seperti meningkatkan kondisi kerja, mengurangi risiko keselamatan dan kesehatan kerja (K3), dan melindungi hak-hak tenaga kerja, serta meningkatkan produktivitas bagi semua pihak. Mereka juga akan mengidentifikasi jalur dan area prioritas untuk intervensi dan praktik kebijakan.
Forum Kecerdasan Buatan ILO yang ketiga akan menjadi yang forum terakhir untuk tahun 2024. Acara pertama, yang diadakan pada 20 Juni, bersamaan dengan kunjungan Wakil Direktur Jenderal ILO Celeste Drake ke Indonesia, memulai perdebatan tentang implikasi kecerdasan buatan bagi pasar tenaga kerja Indonesia. Diskusi kedua, yang diadakan pada 4 September, mengeksplorasi peran kecerdasan buatan dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan inovasi dalam usaha mikro, kecil dan menengah di Indonesia. Serangkaian acara ini akan dilanjutkan pada 2025 dengan diskusi tematik yang lebih khusus. (afd/*)