PALU, beritapalu | Forum Sudutpandang mengorek kembali ingatan akan bencana gempa, tsunami dan likuifaksi yang terjadi di lembah Palu pada Jumat 28 September 2018 silam. Korekan itu diwujudkan dengan sejumlah kegiatan seni, salah satunya pameran bertajuk ‘Yang Kitorang Rasa Waktu Gempa’ di Marlah! Hub, Jl. Kihajar Dewantara, Palu sejak 26 Oktober hingga 5 November 2024.
Pameran itu adalah bagian dari program Festival Sintasloka, sebuah kolektif yang terdiri dari orang muda, penyintas, dan individu yang peduli terhadap isu penanggulangan risiko bencana di Sulawesi Tengah. Program ini bertujuan untuk mempromosikan identitas kawasan Sulawesi Tengah melalui revitalisasi ingatan kolektif, solidaritas antar penyintas, serta pelestarian pengetahuan lokal terkait kebencanaan.
Pameran ‘Yang Kitorang Rasa Waktu Gempa’ mempersembahkan cerita-cerita yang ditulis oleh anak-anak saksi mata peristiwa gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi di Palu, Sigi, dan Donggala. Melalui medium gambar dan teks, karya-karya ini mencerminkan pengalaman dan perspektif unik generasi muda terhadap peristiwa bersejarah yang telah diabadikan dalam buku dengan judul yang sama.
Tulisan dan gambar-gambar yang dipamerkan itu berasal dari sembilan titik tempat pengungsian di saat darurat bencana, yaitu Kelurahan Tipo, Jalan Komodo, Kelurahan Mamboro, Kecamatan Tawaeli, Desa Sidera, Desa Boladangko, Desa Rogo, Desa Loli Saluran, dan Desa Loru yang jumlahnya mencapai 479 cerita.
“Hal yang menarik dari pameran ini adalah bagaimana produksi arsip itu. Apa motifnya dan bagaimana dia dibingkai dari sudut pandang anak-anak,” kata Manajer Program dan Kurator pameran, Tafiqurrahman Kifu.
Pameran ini juga dirangkai dengan pembacaan teks-teks cerita dari buku ‘Yang Kitorang Rasa Waktu Gempa’, peluncuran buku ‘Rekaman’ yang berisi jurnal gambar dan bunyi produksi Mutuals dari tahun 2022-2023, diskusi tentang potensi artistik dalam arsip, dan lokakarya mengenai pendekatan transfer gambar dengan metode sablon.
Dua program Sintasloka lainnya yang dikemas dengan ‘Sintasloka: Living on a Fault Art’ adalah pertunjukan Nyanyian-Nyanyian Laut dan Presentasi Karya Ruang Publik. Kegiatan ini disupport Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia sebagai bagian dari Pekan Kebudayaan Nasional (PKN). Sintasloka berfungsi sebagai kelanjutan dari PKN, dengan kolaborasi bersama komunitas di berbagai daerah untuk mengimplementasikan fase perawatan dari metode aksi budaya yang telah dibangun. (afd)