PALU, beritapalu | UNION AID didukung Yayasan BaKTI Makassar dan Yayasan Sikola Mombine di Palu melaksanakan YOU-WIN Project, sebuah inisiatif yang bertujuan meningkatkan partisipasi dan keterwakilan perempuan di parlemen.
Program Manager YOU-WIN Project sekaligus Direktur Eksekutif Yayasan Sikola Mombine, Nur Safitri Lasibani menjelaskan, project itu digelar karena partisipasi perempuan Indonesia di parlemen masih tergolong rendah. Menurut data Bank Dunia (2019), Indonesia menduduki peringkat ke-7 di Asia Tenggara untuk keterwakilan perempuan di parlemen.
Demikian pula di Sulawesi Tengah, kebijakan afirmatif 30% bagi anggota parlemen perempuan masih belum tercapai. Sebagai perbandingan, hasil Pemilu 2017 menunjukkan keterwakilan perempuan Sulawesi Tengah di parlemen hanya sebesar 24,5% dan pada periode 2019 hanya sebesar 26,6%.
“Data ini menunjukkan partisipasi politik perempuan di Sulawesi Tengah masih sangat rendah. Rendahnya keterwakilan perempuan di parlemen sedikit banyak berdampak pada permasalahan kebijakan terkait kesetaraan gender dan belum mampu menjawab permasalahan utama yang dihadapi perempuan dikemudian hari,” kata Nur Safitri di Palu, Senin (22/4/2024).
Ia mengatakan, sejak Januari 2024, YOU-WIN Project telah melakukan rekrutmen terbuka untuk menjaring lima orang anak muda dari beragam latar belakang (pendidikan, usia, gender, pengalaman) untuk menjadi core team.
Tim ini yang akan terlibat dalam seluruh proses fasilitasi kegiatan, mengenali isu, mengindentifikasi masalah, mengembangkan jejaring serta mekanisme umpan balik yang menjadi perhatian dari tujuan proyek ini. Sebelumnya core team ini juga telah dibekali dengan sejumlah training/peningkatan kapasitas.
YOU-WIN Project juga telah menggelar konsultasi komunitas melalui kegiatan Co-Design. Kegiatan yang bertujuan untuk mengangkat suara dan kontribusi dari orang-orang yang memiliki pengalaman langsung digelar di Kafe Inklusi pada 20 April 2024 lalu.
Sebanyak 20 orang peserta dari berbagai latar belakang dikumpulkan; mahasiswa dengan penyandang disabilitas (tuna netra), mahasiswa dari area terpencil, mahasiswa non FISIP, mahasiswa dengan status menikah, mahasiswa dari keluarga pra sejahtera, mahasiswa Chindo, mahasiswa dengan orientasi gender yang berbeda, mahasiswa dengan ODHIV, mahasiswa dari latar belakang agama yang beragam (Kristen kharismatik, Kristen, Islam dan Hindu).
Ke-20 orang peserta ini mendiskusikan upaya untuk meningkatkan partisipasi dan minat anak muda dan perempuan dalam politik menggunakan pendekatan permainan lego dengan menciptakan sebuah prototipe ide/proyek yang akan dikembangkan untuk pelaksanaan project phase 2.
Hasil dari kegiatan ini, diperoleh tiga ide proyek dari tiga kelompok yang berbeda yakni Gen Z, Diversity dan Blue Sky terkait upaya meningkatkan ketertarikan dan partisipasi orang muda dalam politik, yakni praktek pendidikan politik, menciptakan ruang advokasi di kampus, meja dan kursi: sebuah pendekatan filosofis antar orang muda dan orangtua di kampung serta kampanye melalui sosial media.
“Pelaksanaan konsultasi bersama mahasiswa dengan pendekatan Co-design ini diharapkan dapat menghasilkan sebuah prototipe rencana aksi untuk implementasi phase 2 dengan pendekatan yang lebih partisipatif dan inklusif untuk meningkatnya keterlibatan dan partisipasi anak muda dalam isu politik,” tutup Nur. (afd/*)