Melepas Gundah di Pasar Lentora Pue Bongo

SEJUMLAH remaja baru saja keluar dari salah satu masjid setelah menyelesaikan shalat tarawihnya. Remaja-remaja tanggung itu tidak seluruhnya langsung pulang ke rumah masing-masing. Sebagiannya berbelok ke Jalan Pue Bongo, tempat Ramadhan Fair dan Pasar Lentora 2024 digelar.
Pasar musiman yang hanya diadakan di bulan Ramadhan itu, kali ini lebih heboh. Pasalnya, pasar malam ini tidak hanya menggelar aneka dagangan seperti umumnya dijumpai pada setiap Pasar Lentora di berbagai tempat, melainkan karena diramaikan dengan beragam wahana permainan.
Jauh dari Jalan Pue Bongo saja sudah tampak dua bias sorot lampu di langit sebagai penanda adanya keramaian di tempat itu, apalagi jika sudah berada di lokasinya. Lampu-lampu menyala gemerlap, berkedip-kedip mengikuti irama aneka permainan, bersahutan dengan teriakan para pedagang yang menjajakan dagangannya.
Belum lagi beragam kuliner tradisi, semi modern, dan modern yang mengisi sejumlah tenda di luar lapak dagangan pakaian dan aksesori lainnya. Nyaris lengkap dan inilah suasana Lentora yang telah menjadi tradisi setiap Ramadhan atau menjelang lebaran Idul Fitri di Palu.
Pasar ini dibuka sejak Sabtu (23 Maret) dan menurut penyelenggara akan berlangsung selama sebulan penuh atau hingga 23 April mendatang. Pasar ini hanya buka pada malam hari atau setelah shalat tarawih atau sekitar pukul 21.30 Wita hingga pukul 01.00 Wita dini hari setiap malamnya.
Sejak hari pertama dibuka, antusiasme pengunjung terlihat cukup besar. Jubelan warga yang penasaran dan kehebohan wahana permainan yang melengkapinya menjadi alasan besarnya antsuasme itu. Tak hanya kalangan remaja tanggung yang datang, dewasa, orang tua, anak, laki dan perempuan pun berbaur di area yang cukup luas itu.
Satu lagi, pengunjung menjadi betah berlama-lama di pasar itu, selain karena ingin mencoba aneka permainan yang ada, mereka juga tidak kuatir dengan kendaraannya yang diparkir di luar. Pasar Lentora di Pue Bongo ini menyediakan tempat parkir yang cukup luas, aman dan dijaga oleh pemuda setempat. Lokasi parkirnya juga tidak berada di pinggir jalan utama yang kerap membuat macet.
….
View this post on Instagram
Tetiba pekikan histeria terdengar di tengah keramaian itu. Seorang remaja putri berteriak sekeras-kerasnya ketika mencoba permainan “Gelombang Asmara”. Permainan itu adalah ayunan berbentuk perahu. Diisi beberapa orang berhadap-hadapan lalu diayun sedemikian rupa hingga mencapai titik kulminasi. Mereka yang tidak terbiasa dengan ayunan dipastikan akan berteriak dan teriakan itu adalah ekspresi pelepasan rasa. Remaja putri itu riang Kembali setelah menyelesaikan permainan itu.
Di sudut lainnya, seorang pria memangku balitanya, melambai sesuka hatinya kepada siapa saja yang menyaksikannya. Istrinya asyik mengabadikannya dalam gemerlap lampu di sekitarnya. Pria itu terkekeh bersama balitanya saat berputar-putar mengendarai “Kereta Naga”.
Namun drama menegangkan terjadi di wahana “Tong Stand” atau popular diistilahkan dengan permain “Tong Setan”. Seorang pengendara dengan santainya meng-gas-kan sepeda motornya di dalam tong raksasa itu. Tak sedikit dari pengunjung yang tak kuasa menyaksikan kehebatan nyali pengendara itu. Terlebih saat pengendara itu lepas tangan dan bahkan menutup mukanya dengan uang rupiah hasil saweran penonton.
“Gilaaa, tak mampu saya,” celetuk seorang penunjung menyaksikan atraksi akrobatik yang mendebarkan itu.
Permainan-permainan yang disebutkan tersebut hanya bagian kecil yang ada di Pasar Lentor aitu. Permainan lainnya cukup banyak tersedia dan mungkin saja waktu tidak akan cukup semalaman untuk menjajal semuanya.
Lalu, seorang ibu menuntun anaknya berjalan sembari menenteng tas kresek hasil belanjaannya.
“pulang sudah kita nak, sudah jauh malam,” bujuknya kepada anaknya. (bmz)