SIGI, beritapalu | Yayasan Pusaka Indonesia yang disupport Caritas Indonesia menggelar Simulasi Evakuasi Mandiri Bencana Banjir dan Banjir Bandang di Desa Pesaku, Dolo Barat, Sigi, Sulawesi Tengah, Jumat (9/9/2022).
Simulasi yang melibatkan 24 desa di Kecamatan Dolo Barat dan Dolo Selatan itu diikuti lebih dari 200 warga. Sebelumnya, Yayasan Pusaka Indonesia Bersama Caritass Indonesia telah melakukan berbagai pelatihan kebencananaan di kedua wilayah yang dinilai rawan bencana tersebut, kata Christina Peranginangin, Direktur Yayasan Pusaka Indonesia dalam laporannya.
Country Representative Indonesia Caritas Switzerland Leyn Eliezer Gantare mengatakan dua kecamatan itu sedang mempersiapkan diri menghadapi bencana.
“Simulasi ini sebagai peningkatan kapasitas untuk kesiapsiagaan hadapi bencana,” kata Leyn Eliezer dalam seremonial pembukaan simulasi yang juga dihadiri Bupati Sigi diwakili Sekkab Sigi.
Simulasi tersebut merupakan puncak kegiatan yang dilaksanakan oleh Caritas Switzerland dalam program ketahanan risiko bencana di Sulawesi Tengah khususnya di Kabupaten Sigi sejak empat tahun lalu.
Selain Yayasan Pusaka Indonesia sebagai pelaksana teknis, Caritas Switzerland juga melibatkan Pemkab Sigi, Kemensos, Swiss Solidarity dalam program ketahanan risiko bencana di Sigi tersebut.
Caritas juga memfasilitasi pembentukan kajian risiko bencana, pembuatan peta risiko bencana, penyusunan rencana aksi, pembuatan sistem peringatan dini banjir, perencanaan evakuasi, perencanaan kontigensi, peningkatan kapasitas organisasi desa dan terakhir simulasi evakuasi mandiri di tingkat Kecamatan Dolo dan Dolo Selatan yang melibatkan KSB dan warga berlangsung di Pesaku.
“Simulasi ini sangat penting dilakukan, seiring dengan rentannya Sigi terhadap bencana banjir demi untuk pengurangan risiko bencana,” ujar Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sigi Asrul Repadjori..
Asrul meminta kepada Kelompok Siaga Bencana (KSB) di semua desa di Kecamatan Dolo Barat agar rutin melaksanakan simulasi di tingkat desa, sehingga warga semakin terlatih, dengan harapan ketika bencana alam banjir bandang terjadi, maka tidak memberikan dampak yang besar utamanya terkait keselamatan jiwa.
“KSB harus bisa melakukan simulasi kecil di tingkat desa. Jangan hanya karena ada Caritas Switzerland, dan Yayasan Pusaka Indonesia serta Swiss Solidarity, baru kegiatan seperti ini bisa dilaksanakan. Diharapkan, kegiatan ini terus dilaksanakan secara berkelanjutan di tingkat desa,” ungkapnya. (afd)