JAKARTA, beritapalu | Meskipun dihantam pandemic COVID-19 selama 2021, namun usaha kecil di Indonesia masih berhasil tumbuh tertinggi di Kawasan Asia Pasifik yang sebagian karena tingkat penerapan perdagangan elektronik yang tinggi.
Survei Usaha Kecil Asia Pasifik ke-13 yang diadakan oleh CPA Australia melakukan jajak pendapat terhadap 4.252 pemilik atau manajer usaha kecil, di antaranya 301 dari Indonesia, dalam 11 pasar Asia Pasifik untuk memahami kondisi bisnis dan kepercayaan diri para pelaku bisnis.
Usaha kecil Indonesia adalah pasar yang menempati peringkat kedua yang paling mungkin terkena dampak negatif pandemi pada tahun 2021. Sebanyak 72 persen responden Indonesia menominasikan COVID-19 sebagai faktor yang paling merugikan terhadap bisnis mereka.
Sekitar 45 persen responden mengatakan bahwa mereka telah beralih ke penjualan daring sebagai tanggapan terhadap pandemi, angka ini yang tertinggi dari pasar yang disurvei. Sebagai manfaat dari pergeseran proaktif ini menuju perdagangan elektronik, 68 persen responden memperoleh lebih dari 10 persen pendapatan dari penjualan daring, yang merupakan peningkatan signifikan sebesar 10 poin persentase dari tahun 2020.
Sedangkan 61 persen menggunakan media sosial untuk menjual produk dan pelayanan mereka pada tahun 2021, meningkat dari 51 persen pada tahun 2020.
Akibat lonjakan perdagangan elektronik dan transformasi digital, tujuh dari 10 responden menyatakan bahwa bisnis mereka bertumbuh pada tahun 2021, menjadikan Indonesia sebagai juara dalam pertumbuhan bisnis di kawasan tersebut.
Pencapaian ini tercermin dalam proporsi yang sehat dari usaha kecil yang menciptakan lebih banyak lapangan pekerjaan. 35 persen responden mengatakan bahwa mereka telah mempekerjakan lebih banyak staf pada tahun 2021.
Adi Budiarso, Ketua Komite Penasihat CPA Australia Indonesia dan Direktur Pusat Kebijakan Sektor Keuangan di Kementerian Keuangan Indonesia, mengatakan, 2021 merupakan tahun yang sangat menantang bagi usaha kecil di Indonesia karena pandemi.
“Meskipun demikian, saya merasa bangga menyaksikan ketangguhan dan kelincahan dari usaha kecil di Indonesia. Temuan survei tidak hanya menunjukkan keahlian mereka dalam mempertahankan operasi bisnis, tetapi juga bertumbuh melalui penggunaan perdagangan elektronik. Program-program bantuan pemerintah seperti program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan Rumah BUMN tentunya turut membantu dalam hal ini,” sebut Adi Buadiarso.
Semua kapabilitas ini diterjemahkan menjadi ekspektasi bisnis yang kuat pada tahun 2022. 87 persen responden memperkirakan bisnis mereka bertumbuh pada tahun ini, menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar yang paling optimis yang disurvei. Akibatnya, proporsi yang tinggi dimaksudkan untuk meningkatkan jumlah karyawan (51 persen).
91 persen responden Indonesia memperkirakan bahwa mereka pasti atau mungkin membutuhkan pembiayaan eksternal pada tahun 2022, inilah hasil tertinggi nomor dua. 68 persen akan mengupayakan pendanaan eksternal untuk pertumbuhan bisnis mereka. Namun, hanya seperempat responden yang memperkirakan bahwa mengakses keuangan akan menjadi mudah atau sangat mudah.
“Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan kontributor utama terhadap perekonomian dan penyerapan tenaga kerja kita. Lingkungan pembiayaan yang ramah akan memungkinkan mereka untuk terus berkembang. Menurut temuan survei tersebut, bank adalah sumber utama bagi keuangan mereka. Beberapa peraturan baru yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia seharusnya mendorong perbankan lokal untuk meningkatkan penyaluran pinjaman mereka kepada UMKM mulai bulan Juni pada tahun ini,” imbuhnya
Sebagai langkah ke depan, Adi Budiarso menyarankan agar usaha kecil Indonesia lebih fokus dalam melakukan inovasi untuk mempertahankan daya saing mereka di kawasan Asia Pasifik, karena niat mereka untuk berinovasi telah menurun sejak tahun 2019.
“Meskipun banyak usaha kecil yang tumbuh, mereka perlu meningkatkan inovasi mereka, karena adanya permintaan pelanggan yang kuat terhadap produk atau pelayanan baru,” lanjutnya. (afd/*)