JAKARTA, beritapalu | Hari Lingkungan Hidup Sedunia hari ini (Minggu, 5/6/2022) oleh UNDP Indonesia ditandai dengan pesan video yang menyoroti keragaman bangsa dan etnisitas, namun berbicara dalam satu suara untuk mendukung urgensi tema tahun ini “Kita Hanya Memiliki Satu Bumi.”
Dalam pesan video tersebut staff UNDP Indonesia mengajak pemirsa untuk menjadi bagian dari solusi krisis lingkungan hidup. Keenam staf menyampaikan pesan dalam bahasa isyarat serta bahasa ibu mereka, yang meliputi Bahasa Indonesia, Padang, Toraja, Swahili, Mandarin dan Inggris. Pesan disampaikan sambil memegang tanaman untuk melambangkan pertumbuhan dan pembangunan
“Tindakan cepat akan dapat memelihara planet secara berkelanjutan, dan memberi kita hasil yang harus kita lindungi,” kata John Kimani, anggota staf UNDP Indonesia dari Kenya, berbicara dalam bahasa Swahili.
“Merawat planet kita akan memulihkan ekosistem tetapi, kita tidak bisa melakukannya sendiri,” ujar Sakina Tarmizi, staf UNDP Indonesia lainnya, berbicara dalam Bahasa Padang.
Video tersebut melengkapi kampanye global Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang diadakan setiap tahun oleh Program Lingkungan Hidup Perserikatan Bangsa-Bangsa/United Nations Environment Programme (UNEP), untuk mempromosikan aksi lingkungan hidup. Pesan itu diterbitkan hanya beberapa hari setelah Stockhom+50, menandai setengah abad konferensi pertama, menyoroti pentingnya multilateralisme untuk mengatasi tiga krisis dunia – iklim, alam, dan polusi.
Tahun ini menandai 50 tahun sejak Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Lingkungan Hidup Manusia yang pertama diselenggarakan di Stockholm, Swedia, konferensi dunia pertama yang menjadikan lingkungan hidup sebagai isu utama. Para peserta konferensi itu mengadopsi serangkaian prinsip untuk pengelolaan lingkungan hidup yang baik, sebagai bagian dari Deklarasi Stockholm dan Rencana Aksi untuk Lingkungan Hidup Manusia.
Indonesia adalah salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim, diikuti meningkatnya polusi global, serta kepadatan penduduk yang lebih tinggi dan tingkat konsumsi yang tidak berkelanjutan.
Dengan Agenda Pembangunan Berkelanjutan 2030 yang akan dicapai dalam waktu kurang dari satu dekade, para pendukung lingkungan hidup berharap konferensi Stockholm+50 menyediakan platform bagi Indonesia untuk mengadvokasi prioritasnya untuk mengatasi perubahan iklim melalui konsumsi yang berkelanjutan dengan pengembangan ekonomi sirkular, pengelolaan laut secara berkelanjutan, dan pengurangan sampah plastik laut. (afd/*)