PALU, beritapalu | Selama tiga hari pelaksanaan terapi wicara bertajuk Speech Camp oleh Yayasan Senyum Sulteng bekerjasama dengan Smile Train Indonesia sejak Jumat (22/11), ditutup Minggu (24/11/2024) di Gedung BPMP Sulteng.
Penasehat Yayasan Senyum Sulteng, dr Faridnan Sp.An.TI berkenan menutup kegiatan yang diikuti oleh 15 peserta dari berbagai daerah di Sulteng itu.
Dalam sambutan penutup singkatnya, dr Faridnan menyatakan rasa bangganya karena seluruh peserta dapat menyelesaikan semua tahapan dari terapi yang baru pertama kali digelar di Palu tersebut.
Ia mengatakan, waktu selama tiga hari terlalu singkat untuk bisa mengoptimalkan kemampuan berbicara bagi anak-anak pascaoperasi celah bibir dan langit-langit. Meski begitu lanjutnya, waktu yang singkat itu diharap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh para peserta yang didukung oleh orang tuanya.
Ia menyampaikan terimakasihnya kepada Smile Train Indonesia yang telah mendukung penuh kegiatan tersebut. Juga terima kasih kepada sejumah terapis yang telah datang dari jauh untuk membimbing anak-anak, para peserta untuk memaksimalkan kemampuan berbicaranya pasca menjalani operasi.
Senada dengan itu, Senior Program Director Smile Train Indonesia, Ruth Monalisa yang terus menemani para peserta selama kegiatan itu berlangsung menyatakan apresiasi positifnya kepada para anak-anak dan orang tua yang mendampinginya serta para terapis.
“Saya menyaksikan langsung selama tiga hari ini, bagaimana anak-anak kita bersungguh-sungguh ingin berubah. Saya juga melihat bagaimana orang-orang tua terus memberikan dorongan kepada anak-anaknya agar bisa mengoptimalkan kemampuan berbicaranya,” ujar Ruth terbata-bata.
“Terus terang, saya sangat bangga dan terharu dengan semangat itu. Semoga terapi ini meski singkat dapat membawa manfaat kepada anak-anak kita meraih masa depannya,” lanjut Ruth lagi.
Drg Faisal Hamzah Sp BMM selaku Ketua Panitia kegiatan itu menyampaikan permohonan maafnya jika terdapat kekurangan selama pelaksanaan kegiatan tersebut. Ia menyatakan, karena baru pertama kali dilaksanakan, maka kegiatan ini akan menjadi bahan evaluasi pada kegiatan yang sama di waktu berikutnya.
“Kita berharap, kegiatan seperti ini dapat digelar lagi di Palu dan kalau bisa pesertanya lebih banyak lagi,” sebut drg Faisal.
Meski kegiatan terapi sudah selesai namun drg Faisal tetap berharap kepada anak-anak peserta agar terus melatih diri, juga kepada orang tua dan pendamping untuk memberikan support semaksimalnya sehingga apa yang telah diperoleh selama terapi dapat terus dipraktikkan.
Sebelumnya pada acara pembukaan, Ketua Yayasan Senyum Sulawesi Tengah, drg. Moh. Ghazali, MARS SpBMM SubspT TMJ (K) mengatakan, kegiatan ini merupakan rangkaian tahapan selanjutnya bagi pasien celah bibir dan langit-langit pasca menjalani operasi.
“Kegiatan ini merupakan program dari Yayasan Senyum Sulawesi Tengah untuk mengoptimalkan pasien-pasien penderita celah bibir dan langit-langit yang telah kami operasi di wilayah Sulawesi Tengah. Bekerjasama dengan Smile Train Indonesia, akhirnya kami tidak hanya bermain di ranah operasi celah bibir dan langit-langit, tapi juga pada tataran yang lebih tinggi, adalah kualitas pasien pascaoperasi melalui kegiatan Speech Camp ini, terapi wicara,” kata drg Ghazali.
drg Ghazali mengaku telah lama mengharapkan penyelenggaraan Speech Camp tersebut di Sulawesi Tengah. Karena jika cuma operasi, sudah rutin dilaksanakan sejak 2008 lalu.
“Ibaratnya kami sudah cukup jauh jam terbangnya. Tapi ternyata kami ketinggalan di landasannya, yakni perubahan pasien tidak hanya dari sisi fisiknya, tapi pasien bisa berbicara atau bersosialisasi di masyarakat dengan lebih baik,” jelasnya.
Menurutnya, andai saja para pasien penderita celah bibir dan langit-langit yang pascaoperasi cara berbicaranya tidak berpengaruh saat bersosialisasi di tengah masyarakat, maka tidak akan ada permasalahan psikologi yang terjadi.
drg Ghazali berharap seluruh pasien pascaoperasi celah bibir dan langit-langit di Sulawesi Tengah bisa ikut serta dalam program terapi bicara ini ke depannya.
“Target kami ke depan, semua pasien yang memenuhi syarat untuk ikut terapi bicara ini akan kami optimalkan. Tujuan kami kami bukan cuma 15 orang saat ini, tapi semua pasien yang ada di wilayah di Sulawesi Tengah. Insyaallah kegiatan ini juga menjadi salah satu program percontohan di Indonesia,” jelasnya.
Sementara itu, seorang peserta, Galvir (10) asal Napu, Poso yang telah menjalani dua kali operasi tak henti-hentinya bersenandung menyuarakan kemampuan berbicaranya yang lebih jelas dari sebelumnya setelah menjalani terapi tiga hari tersebut.
Bahkan Galvir dengan rasa percaya dirinya yang tinggi berani tampil di depan teman-teman sebayanya menyanyi sejumlah lagu. Galvir sebelumnya kesulitan melafalkan huruf “n”, namun terapi wicara yang diikutinya secara menakjubkan membuat dengan mudahnya menyebut huruf tersebut.
“Terima kasih kepada Yayasan Senyum Sulawesi Tengah, terima kasih kepada Smile Train Indonesia, terima kasih kepada para terapis, dan terima kasih kepada para panitia sehingga kegiatan ini dapat berlangsung. Atas kegiatan inilah, Galvir makin percaya diri untuk menjadi tentara,” kata Mama Galvir. (afd)