PALU, beritapalu | Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Palu, Prof KH Zainal Abidin berpidato tentang toleransi dan membangun kerukunan dihadapan ribuan umat Kristiani pada perayaan Paskah Oikumene Gereja-Gereja se-Sulawesi Tengah di Stadion Gawalise, Sabtu (4/5/2024).
“Perayaan Paskah Oikumene Gereja – Gereja se-Sulawesi Tengah menjadi momentum yang baik untuk memperkuat hubungan sesama manusia, tanpa melihat latar belakang apapun,” kata Zainal Abidin.
Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Tengah mengatakan, menurut umat Kristen, Yesus mengajarkan tentang cinta, kasih dan sayang kepada semua umat manusia yang ada di bumi. Bahkan Yesus berkorban dengan kerelaannya disalib, sebagai wujud kasih dan sayangnya kepada umatnya.
“Pengorbanan atas keselamatan manusia adalah perekat dan kasihnya kepada umatnya yang lebih besar dari pada mengorbankan diri atas sesama manusia, dan itulah yang dilaksanakan oleh Yesus Kristus,” ungkap Guru Besar sekaligus Pakar Pemikiran Islam Modern ini.
“Untuk itu Yesus mengundang umat Kristiani untuk menjadi agen cinta dan kasih kepada siapapun yang dijumpa dan tinggal dimana saja,” tambahnya.
Ia mengemukakan, pengorbanan Yesus tersebut menjadi pusat keimanan umat Kristiani. Ajaran kasih sayang Yesus, menurutnya juga diajarkan oleh semua agama. Di Islam misalnya, kasih dan sayang juga diajarkan oleh Agama Islam.
Mengutip Firman Allah pada Surah Al-Maun yang artinya :”Tahukah kamu orang yang mendustakan agama? itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin”.
“Dari Firman Allah ini, kita ketahui bahwa ternyata orang yang mendustakan agama, yaitu bukan orang yang tidak shalat, melainkan orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan memberi makan kepada orang miskin,” ungkapnya.
Menurut dia, ayat ini mengandung makna tentang mengasihi dan menyayangi sesama manusia, yaitu dengan memberikan makan orang miskin atau menganjurkan orang untuk memberi makan orang miskin, serta tidak menghardik anak yatim.
“Artinya dalam mengamalkan ajaran Islam, harus dikedepankan nilai – nilai kemanusiaan,” sebutnya.
Ia menyebut, semua agama mengajarkan tentang mengasihi dan menyayangi. Islam hadir dengan ajaran cinta kedamaian, Kristiani dengan ajaran penuh kasih sayang, Konghuchu sabar dan pengertian, Budha sumber kebajikan, dan Hindu suka ketentraman.
“Memang semua agama tidak sama, karena ada perbedaan yang mendasar. Tapi agama memiliki banyak persamaan. Pahami perbedaan, kedepankan persamaan,” ungkapnya.
Ia menambahkan, Pancasila perekat hidup bangsa. Dengan demikian diharapkan melalui Paskah Oikumene, Sulawesi Tengah akan menjadi provinsi yang aman, damai dan harmonis. (afd/*)