PALU, beritapalu | Ikan Padi (Oryzias kalimpaaensis) kini diakui secara internasional sebagai ikan endemic yang hanya hidup di Sulawesi Tengah atau lebih spesifik lagi di Danau Tambing (Danau Kalimpa’a), Desa Sedoa, Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah.
Pengakuan itu setelah penemunya, Abdul Gani, dosen Fakultas Perikanan Universitas Muhammadiyah Luwuk, Kabupaten Banggai dan Novian Suhendra, pegawai stasiun KIPM Palu dipublikasikan pada jurnal internasional yang berbasis di Jerman Bonn Zoological Bulletin (https://zoologicalbulletin.de/articles/online-first) pada 30 Juni 2022 dengan judul “A new endemic species of pelvic brooding ricefish (Beloniformes: Adrianichthyidae: Oryzias) from Lake Kalimpa’a, Sulawesi, Indonesia”.
Dalam jurnal itu disebutkan, Oryzias kalimpaaensis dari famili Adianichthyidae dinyatakan sebagai jenis ikan baru yang belum memiliki nama setelah dilakukan Analisa secara morfologi dan molecular (DNA).
Dengan hasil dua analisa tersebut kemudian dideskripsikan berkolaborasi dengan beberapa peneliti yang spesifik di bidang tersebut dalam dan luar negeri, diantaranya Daniel F. Mokodongan, D.Sc (Museum Zoological Bogor, BRIN), Muh. Herjayanto (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang Banten), Fabian Herder, PhD, Julia Schwarzer, PhD, Jan Mohring (Leibniz Institute for the Analysis of Biodiversity Change (LIB)–Museum Koenig, Section Evolutionary Genomics, Adenauerallee 127, D-53113 Bonn, Germany) dan Javier Montenegro, PhD (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology, Kanagawa, Yokozuka, Japan.
Dengan terpublikasikan secara internasional tersebut, jenis Oryzias kalimpaaensis, maka ikan endemik yang ditemukan di danau Sulawesi Tengah bertambah lagi setelah Adrianichthys kyurti oleh Weber 1913, A. Popta oleh Weber dan Beaufort 1922, A. Roseni oleh Parenti dan Soeroto tahun 2004, A. Oophorus oleh Kottelat 1990, Oryzias nigrimas oleh Kottelat tahun 1990, O. Nebolosus oleh Parenti dan Soeroto tahun 2004, dan O. Orthognathus oleh Kottelat tahun 1990, Mugilogobius amadi dan M. sarasinorum (Danau Poso), Oryzias soerotoi (Danau Tiu) tahun 2014 oleh Mokodongan dkk, dan Oryzias sarasinorum oleh Popta tahun 1905 dan Oryzias boneorum oleh Parenti tahun 2008 (Danau Lindu).
Ikan endemic ini merupakan jenis ikan yang memiliki sifat menjaga telurnya sampai menetas. Telur yang dihasilkan akan dijaga atau disimpan pada bagian perut dan dijaga menggunakan sisip perut sehingga dikenal dengan “pelvic fin brooder”.
Jenis yang memiliki sifat ini hanya ditemukan di Sulawesi seperti Oryzias eversi di Rantepao, Tanah Toraja, Oryzias sarasinorum di Danau Lindu, serta beberapa jenis dari Adrianichtys dari Danau Poso.
Selain jenis ini, terdapat juga jenis ikan yang mungkin ikan native Indonesia seperti ikan masapi (Angguilla sp.) yang masih harus di telaah. Adapun cara yang dilakukan dengan cara konservasi secara in-situ maupun ex-situ agar populasinya tetap terjaga. Dari beberapa jenis tersebut terdapat beberapa jenis yang sudah tidak bisa dijumpai di habitatnya yaitu Adrianichthys kyurti, A. popta dan Mugilogobius amadi.
Langkanya jenis endemik yang didapatkan di habitatnya diakibatkan oleh aktifitas manusia dan juga adanya kegiatan introduksi spesies ikan predator yang menekan keberadaan ikan-ikan endemik tersebut di danau.
“Pada saat koleksi, kami menemukan bahwa Danau Kalimpa’a ini telah terkontaminasi dengan beberapa jenis ikan yang bukan asli danau ini (introduce) seperti ikan mujair dan gurami,” kata Abdul Gani, penemu ikan tersebut.
Keberadaan ikan Oryzias kalimpaaensis di Danau Kalimpa’a menurutnya sampai saat ini belum diketahui terkait populasinya.
“Untuk langkah selanjutnya, melakukan edukasi kepada para pengunjung/wisatawan yang datang ke lokasi tersebut agar menjaga kebersihan dari danau serta adanya imbauan agar tidak melepasliarkan atau mengintroduksi ikan-ikan yang bersifat predator,” harapnya.
Ia mengatakan, keanekaragaman fauna di pulau Sulawesi sudah sangat terkenal baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Fauna Akuatik Perairan tawar (Sungai/Danau) khususnya jenis Ikan merupakan salah satu Iktiofauna yang paling banyak disukai dan bahkan diteliti oleh para peneliti dari dalam maupun luar negeri karena di pulau Sulawesi sangat dikenal dengan tingkat endemisitas yang paling tinggi dari jenis Ikan.
Menurut Hadiaty (2018), Pulau Sulawesi memiliki 68 spesies Ikan endemik dari perairan tawar (Sungai/Danau). Setelah itu berkembang lagi penelitian selanjutnya bertambah jenis Ikan endemik tersebut menjadi 69 jenis (Mandagi et.al., 2018), 70 jenis (Kobayashi et al., 2021), 71 jenis (Keith et al., 2021) dan 72 jenis (Utama et al., 2022).
Sulawesi Tengah merupakan salah satu daerah di bagian tengah pulau Sulawesi yang memiliki satu Taman Nasional dari 50 Taman Nasional yang ada di Indonesia. Taman nasional tersebut dikenal dengan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL) dimana pengelolaannya oleh Balai Besar Taman Nasional Lore Lindu (BBTNLL).
TNLL memiliki kawasan yang sangat luas mencakup dua Kabupaten di Sulawesi Tengah yaitu Kabupaten Sigi dan Poso. Taman Nasional ini banyak menyimpan keanekaragaman hayati baik dari Flora maupun Fauna. Di dalamnya terdapat salah satu danau tektonik yang dikenal dengan Danau Lindu yang outletnya adalah Sungai Palu. Danau Lindu juga dikenal spesies ikan aslinya yaitu Ikan Sidat atau Sogili sebutan madyarakat lokal.
Selain itu, terdapat dua spesies ikan endemik yaitu Oryzias sarasinorum dan Oryzias boneorum (Parenti, 2008) atau biasa masyarakat lokal sebut dengan Rono Lindu. Selain di Danau, outlet (sungai) danau Lindu juga didapatkan salah satu ikan endemik yaitu Jenis Nomorhamphus versicolor (Kraemer, 2019).
“Mari jaga dan lestarikan ikan endemik Indonesia untuk anak cucu kita ke depan,” seru Abdul Gani, Dosen Fakultas Perikanan Universitas Muhammadiyah Luwuk, Sulteng ini. (afd/*)