Berulang-ulang kawan-kawan mengajak untuk menjajaki keindahan alam di lokasi kerja, namun kala itu masih banyak kerjaan yang harus diselesaikan sehingga kesempatan pergi bersama untuk menikmati pemandangan alam yang kerab akrab di telinga itu belum pun kesampaian.
Dalam hati, semoga ada waktu lain yang luang agar bisa menikmati tempat yang selalu di ceritakan oleh kawan-kawan yang telah menginjakkan kakinya disana. “Ya Pulo Dua nantikan kehadiranku tidak lama lagi, pasti saya kesana bukan sehari tapi mungkin hingga kami puas memanjakan mata ini akan keindahan anugerah Sang Pencipta”Ungkapku.
Waktu yang ditunggu pun akhirnya tiba, usai pekerjaan dan waktunya juga sangat tepat, hitung-hitung weekend kata gaulnya. Mulai langkah selanjutnya dilakukan dengan menghubungi Ir, dan Pai, mereka adalah dua pemuda yang selama ini aktif membantu dan mengelola wilayah perlindungan laut yang merupakan wilayah dampingan ROA atas dukungan Burung Indonesia di Desa Talang Batu Kecamatan Balantak Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah.
Ir dan Pai kemudian menyiapkan segala kebutuhan yang diperlukan untuk melaksanakan weekend termasuk menghubungi penyedia jasa penyeberangan milik kades untuk mengantar ke pulau nantinya. Oh iya, jasa penyeberangan tarif antar jemput Rp.350.000, bagi kamu yang hendak kesana itu salah satu informasinya, biar kalian bisa menyiapkan uangnya, patungan juga boleh kok agar tak merobek kantong kalian.
Nah, seluruh persiapan sudah ok, mulai alat masak, kompor dan bekal pisang sepatu 5 sisir kami bawa, tidak tanggung-tanggung gaes, ikan pupu tidak ketinggalan, tenda dome, matras, pokoknya lengkap. Ya namanya saja di alam bebas perlu mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang biar weekendnya happy.
Singkat cerita, Abal, Neni, Aco, Ir dan Pai serta juru mudi sudah dihadapan kapal yang siap mengantar kami ke Pulau, deru mesin menciptakan gelembung-gelembung udara di pagi yang cerah itu. Kapal pun melaju membelah ombak yang bersahabat, birunya air laut menambah semarak perjalanan yang hanya hitungan 15 menit sudah sampai di bibir pantai berkilau terkena cahaya mentari pagi.
Tibalah kaki kami mendarat tepat di bulir-bulir pasir pantai meninggalkan tapak kaki menuju lokasi bangunan yang ternyata memang sudah dibangun. Selamat datang di Pulo Dua Kecamatan Balantak Utara Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah. Kami pun melayangkan pandangan dari ujung bibir pantai sebelah kanan sampai ujung bibir pantai sebelah kiri sungguh indah tempat ini.
Tidak rugi menyambangi pantai cantik ini. Sejak pagi, gelombang laut terlihat tenang dan sangat teduh. Bagaikan kaca, permukaan pasir masih dapat terlihat dari permukaan demikian pun gugusan karang-karangnya. Pasir pantainya putih dan halus. Kalau diperhatikan lekat-lekat, ada kerlap-kerlip di pasirnya. Pasirnya bercampur dengan cangkang kerang yang sudah hancur.
Sejumlah pondok berjajar di pinggir pantai namun sedikit agak terbersit gelisah karena pondok-pondok ini terlihat mulai rusak terkesan tak dipelihara namun untuk sesaat kami tak memedulikan situasi itu, nanti saja, kami masih ingin menikmati keindahan alam yang asli ini.
Semua peralatan dan perbekalan pun sudah tertata rapi, saatnya mendirikan tenda dome, memasang hemok, menggelar matras dan duduk-duduk serta memulai merebus pisang untuk makan siang . Sementara itu, Ir telah mempersiapkan stik pancingnya untuk memulai mencari ikan di sepanjang bibir pantai.
Mata pancing telah melayang jauh hingga tenggelam menanti ikan yang ingin menelannya, dan memang terbukti tak berselang lama. Stik pancing Ir pun mulai membengkok bertanda ikan telah melahap umpan dan mulai meronta-ronta ingin lepas dari jebakan mata pancing namun usaha itu tak membuahkan hasil hingga ikan pun menyerah ke tangan Ir. Proses pencarian ikan pun terus berlanjut dan tak terasa jumlah tangkapan ikan pun cukup untuk makan malam nanti.
Melihat hasil tangkapan ikan batu yang lumayan, Aco pun tak tinggal diam, mulai mencari kayu dan ranting bahkan kelapa yang banyak terdampar di tepian pantai dan kering, boleh untuk membuat bara api untuk bakar ikan, sudah terbayang betapa makan malam nanti begitu lezat dan nikmat.
Kami, sungguh beruntung ternyata ada pohon kelapa yang telah berbuah, tak bisa menunggu lama, beberapa butir buah kelapa muda akhirnya menemani siang hari kami di pantai Pulo Dua, rasa manis air kelapa mengalir membasahi tenggorokan menghilangkan rasa haus karena suasana siang sedikit agak gerah namun terselesaikan dengan hadirnya kelapa muda.
Lain hal dengan Neni, ia mulai menjajaki punggungan puncak Pulo Dua dengan menapaki ratusan anak tangga, hitung-hitung olah raga karena selama ini jika di Palu, Neni sering jogging setiap sorenya dan kali ini diganti dengan olah raga menapaki punggungan hingga puncak pegunungan Pulo Duo dan pastinya memanjakan mata melihat pemandangan alam di puncak dengan mengamati keindahan sekelilingnya.
Lokasi yang dikunjungi Neni, merupakan lokasi yang menjadi salah satu idola para pengungjung karena menjadi obyek paling menarik untuk berphoto baik untuk photo sendiri maupun beramai-ramai dan bisa dipastikan photo-photo itu akan menghiasi media sosial, mau Facebook, Whatsapp, Instagram ataupun twitter dan tentunya komentar dan tanggapan sangat beragam.
Saking menariknya obyek tersebut, pengunjung biasa hanya datang untuk berphoto-photo saja bahkan tidak perlu sampai menginap di Pulo Dua. Padahal jika membayangkan menapaki ratusan anak tangga tentunya cukup melelahkan namun kenyataannya tidak, setiap pengunjung sepertinya begitu menikmati dan terbayarkan lelahnya dengan keindahan puncak pegunungan Pulo Dua yang memesona.
Ya, sungguh pemandangan yang menakjubkan dan tak terasa mentari pun mulai perlahan meninggalkan siang untuk menyapa malam. Pletak, plutuk, pletak plutukkk tangan kidal aco nampak sibuk dengan cobekan yang diperolehnya dari bahan bekas kerang dan begitu pula alat tumbuk untuk menghaluskan cabe rawit dan tomat, sepertinya kami berada dimasa film kartun Spongebob dibuatnya.
Ini benar-benar makan malam yang amazing, bara api mulai tersedia, ikan pun siap dibakar setelah dibersihkan sisiknya dan pisang rebus telah siap, ditambah rica-rica temannya ikan bakar sungguh membuat tak sabar untuk menyantapnya.
Aroma ikan bakar sudah tercium, tak lama lagi santap malam benar-benar terwujud, satu persatu ikan mulai diletakkan di piring dan tak berselang lama, makan malam pun dimulai. Sambal rica buatan Aco pun mulai menampakkan ke garangannya, tak satupun yang bisa menahan pedisnya hingga mata seakan berkaca-kaca dan hidung meler akan tetapi sambal rica buatan Aco tetap saja ludes tak berbekas.
“Ebehhhh, Aco perica-rica, sampe kaluar kita pe ingus ini makan ikan bakar, ini karena lupa bawa minyak kelapa kah?”tanya Pai yang kepedisan dibarengi dengan tawa kami semua, asli begitu indah suasana malam ini.
Piring makan mulai dibersihkan dan dirapikan kembali dan mulai melanjutkan dengan memperbaiki perapian yang telah menjadi bara ditumpukan batang-batang kayu yang sudah dipersiapkan sejak sore untuk api unggun agar melewati malam di pantai Pulo Dua tak terlalu dingin.
Ahhhh, malam yang sempurna karena bulan pun menampakkan wujudnya seakan benar-benar paham bahwa kami sedang mensyukuri anugerah dari Sang Pencipta, cerita, canda dan tawa pun menemani sepanjang malam hingga akhirnya semua terlelap tidur di tenda dome masing-masing.
Penulis: Subarkah