DONGGALA, beritapalu | Sedikitnya 150 ekor tukik atau anak penyu jenis penyu hijau (Chelonia mydas) dilepasliarkan ke laut di pantai Desa Lalombi, Banawa Selatan, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah, Rabu (30/6/2021) sore.
Sejumlah pihak yang menaruh perhatian besar pada kelestarian satwa dilindungi itu tampak hadir, di antaranya Direktur Polairud Kombes Pol Indra Rahtana, Wadir Polairud AKBP Sirajuddin Ramli beserta pejabat utamanya, Balai Pengolaan Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung (BPDASH) Palu-Poso diwakili Solehuddin, Kepala UPT KPH Banawa Lalundu Moh. Tanwir, pemerintah desa setempat, Ketua Yayasan Bonenula Andi Anwar, anggota Komunitas Mangrove Baturoko dan sejumlah warga.
Ketua Yayasan Bonebula, Andi Anwar dalam laporannya menyatakan, inisiasi kegiatan itu berangkat dari keprihatinan para anak muda di desa itu akan kelestarian penyu hijau yang menjadikan wilayah pesisir di Desa Lalombi itu sebagai habitatnya.
Tak sedikit katanya warga “tak ramah” dengan kehadiran penyu-penyu sisik itu. Padahal, selain dilindungi, keberadaaan penyu itu sesungguhnya membawa manfaat bagi ekosistem laut yang pada ujungnya akan memberi kemaslahatan bagi warga sendiri.
“Konservasi mulai kita lakukan, awalnya hanya fokus dimangrove, namun belakangan setelah mengamati kecenderungan ini, maka kami bersama Kelompok Tani Mangrove Baturoko menggagas penangkaran penyu hijau ini,” jelasnya.
Alhasil kata Andi Anwar, upaya itu berhasil dan hasilnya segera ditunjukkan dengan pelepasliaran tukik hasil penangkaran yang dilakukan komunitas tersebut.
Direktur Polairud Polda Sulteng Kombes Pol Indra Rahtana mengapresiasi inisiatif yang dilakukan para anak muda di Desa Lalombi dan dinilainya sangat positif. Apresiasi itu dibuktikan dengan kehadirannya meski jauh dari Palu ke Donggala.
“Ini sungguh luar biasa dan patut didukung. Saya juga berharap upaya seperti ini terus digalakkan dan menjadi inspirasi bagi para pemuda di tempat lainnya, terutama di daerah pesisir,” sebut Kombes Indra.
Perwakilan BPDASH Palu-Poso Solehuddin pada kesempatan itu mengaku telah melakukan hubungan yang intens baik dengan Yayasan Bonebula maupun dengan Kelompok Tani Mangrove Baturoko, bahkan memfasilitasinya dalam beberapa aktivitasnya.
“Ini sangat sejalan dengan program kami dan kami berharap kemitraan ini terus berlanjut dan menjadi lebih meningkat,” harapnya.
Pada kesempatan itu, BPDASH Palu-Poso juga menyerahkan bantuan Kebun Bibit Rakyat (KBR) sebanyak 40 ribu batang senilai Rp100 juta kepada Kelompok Tani Mangrove Baturoko untuk dikelola.
Pelepasliaran tukik untuk pertama kalinya di wilayah itu cukup menarik perhatian, tak hanya bagi warga setempat tetapi juga sejumlah warga dan komunitas lainnya juga turut ambil bagian.
“Ini sangat langka terjadi, makanya saya jauh-jauh dari Palu untuk melihat langsung pelepasliaran tukik ini. Ini juga menjadi bukti sokongan kami terhadap setiap aktivitas untuk menjaga dan melestarikan lingkungan,” aku Afdhal, salah seorang mahasiswa asal Palu yang secara khusus datang ke tempat tersebut.
Selain pembuktian usaha penangkaran penyu yang dilakukan oleh Yayasan Bonebula bersama Kelompok Tani Baturoko, pelepasliaran itu menurut Andi Anwar, sekaligus edukasi bagi warga sekitarnya untuk secara perlahan bisa “saling memahami” antara warga dan kehadiran penyu-penyu tersebut.
“Ke depan, tempat ini mungkin tidak sekadar menjadi wahana untuk edukasi bagi pelestarian satwa bersama ekosistemnya, tapi juga sarana berwisata,” imbuh Andi Anwar.
Itu dimungkinkan katanya, karena kehadiran penyu-penyu itu sudah menjadi seusatu yang menarik, apalagi jika didukung dengan suasana dan kesiapan fasilitas di dalamnya. (afd)