DONGGALA, beritapalu | Lebih dari 100 perajin tenun melakukan tenun massal pada pembukaan Festival Tenun Donggala yang dipusatkan di Desa Towale, Banawa Tengah, Donggala, Sulawesi Tengah, Kamis (10/8/2023).
100-an perajin tenun yang berasal dari desa setempat itu menenun kain sarung sutera Donggala yang sudah tersohor hingga ke mancanegara itu. Mereka berjejer di bawah tenda biru laiknya sebuah pagelaran konser. Bilah kayu pengencang tenunan bersahut-sahutan, seolah menyatakan kepada dunia luar tentang pengakuan akan warisan budaya yang tak ternilai harganya.
Di antara para penenun itu, sebagian besarnya adalah perempuan paruh baya. Hanya Sebagian kecil yang berusia di bawah 40-an tahun. Maka benar sinyalemen Sekretaris Kabupaten Donggala, Rustam Efendi dalam sambutannya sebagai ketua panitia festival itu, bahwa regenerasi diperlukan untuk melanggengkan warisan budaya ini.
“Kita berharap usaha tenun ini dapat sustainable, berkelanjutan, maka regenerasi adalah mutlak. Namun untuk itu, tenun ini harus terkelola baik agar menarik bagi generasi muda dan mau meneruskannya,” sebut Sekab Rustam Efendi.
Rustam bahkan sudah membuat terobosan-terobosan untuk pengelolaannya menjadi lebih baik, antara lain dengan membuat klaster-klaster yang spesifik untuk menjamin bahwa setiap aspek dari usaha tenun Donggala ini dapat berjalan sebagaimana seharusnya.
Setiap klaster menurutnya hanya mengurusi bidangnya, semisal produksi, ya kerjanya hanya produksi. Mereka yang ada di klaster ini adalah para penenun. Klaster lainnya adalah pemasaran, bahan baku dan seterusnya yang masing-masing hanya bergelut di bidangnya.
“Kalau spesialisasi ini diterapkan, kain tenun Donggala tidak hanya menjadi warisan budaya tak benda yang diakui dunia, tetapi sekaligus menjadi warisan budaya yang menghidupi orang-orang dan menjadi kebanggaan,” tandasnya.
Tak soal klister saja sebagai langkah pembenahan yangharus dilakukan. Rustam juga menyebut soal keberpihakan. Ia meminta agar festival itu tak berakhir di seremonial belaka, namun harus memebri dampak nyata pada perkembangan usaha tenun itu sendiri.
“Kita bangga dengan tenun Donggala, tapi kebanggaan tidak cukup untuk melanggengkannya. Kita butuh keberpihakan,” sebutnya.
Bupati Donggala Kasman Lassa yang hadir pada kesempatan itu menyambut baik pelaksanaan festival yang digelar untuk kedua kalinya itu. Sebelumnya di 2022 juga digelar festival pertama di Banawa. Pemerintah katanya menyokong festival yang sesungguhnya menjadi bagian dari usaha promotive berbagai sector tak terkecuali pariwisata dan ekeonomi kreatif lainnya.
Selain Bupati Donggala, Asisten Pemprov Sulteng Rudi Dewanto mewakili Gubernur Sulteng juga hadir pada pembukaan festival yang digelar di desa yang dijuluku “Desa Tenun” itu. Peresmian pembukaan festival dilakukan oleh Dirjen Kebudayaan Kemdikbudristek.
Sejumlah rangkaian kegiatan digelar pada festival yang berlangsung hingga 12 Agustus itu antara lain pertunjukan seni, pasar rakyat, pameran, kunjungan wisata di sekitar lokasi festival.