PALU, beritapalu | Sedikitnya 15 pelukis nasional dari beberapa daerah menampilkan karya lukisnya dalam Art Literacy Exhibition yang digelar di Aula Perpustakaan Daerah Provinsi Sulawesi Tengah, Rabu (28/9/2022).
Ke-15 pelukis tersebut masing-masing M Febriandy Yotomaruangi, Tini Jameen, Cadio Tarimpo, Zulkifli Radjamuda, Zam kamil, I Nyoman Suciptayasa, Choirudin, Marty, Fandhy Rais, Gede Sukana, Albertoes Papiek, Jeffry R Wattimena, Deni Katili, Jaya Masloman, dan Dwi Kartika Rahayu.
Selain memeriahkan puncak peringatan Bulan Gemar Membaca dan Hari Kunjungan Perpustakaan, pameran lukisan itu juga digelar dalam rangka mengenang empat tahun trio bencana; gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi di wilayah Kota Palu, Sigi, Donggala dan Parigi Moutong, 28 September 2018 silam.
Eksebisi seni lukis bertema “Berkarya Bersama, Bangkit Bersama” yang dibuka Gubernur Sulteng Rusdy Mastura bersama Kadis Perpustakaan dan Kerasipan Sulteng I Nyoman Sriadijaya itu dikuratori oleh Fira Riswiyandi.
Menurut Fira Riswiyandi, ke-15 pelukis itu sengaja dipilih dalam event kali ini karena memiliki keunikan dan karakteristiknya sendiri dikaitkan dengan tema yang diusung.
“Hakikatnya para pelukis ini memiliki karakternya sendiri-sendiri, namun semangat yang dibangun adalah kebersamaan sesuai tema kita. Bahasa kasarnya, mereka berbeda, namun interpretassi karyanya satu, yakni bersama, bersama berkarya, lalu bangkit bersama pula,” terang Fira di sela-sela pameran yang digelar di lantai dua gedung Perpustakaan Sulteng tersebut.
Fira mencontohkan, pelukis asal Palu M Febriandy Yotomaruangi yang dikenal dengan karakteristik lukusan “Manusia Kardus” sangat berbeda dengan pelukis Zulkifli Radjamuda asal Donggala yang lebih condong ke abstrak. Namun meski berbeda, tapi semangat yang dibangun oleh kedua pelukis itu sama, yakni kebersamaan dan kebangkitan.
Begitu pula dengan lukisan karya Zam Kamil asal Makassar dibandingkan dengan lukisan karya Jaya Masloman asal Minahasa. Keduanya menganut aliran abstrak, namun penuangan ide-idenya sangat berbeda. Perbedaan itu yang menyatukannya dalam semangat kebersamaan.
Menurut Fira, mengkurasi karya-karya lukis yang dipamerkan pada event ini terbilang gampang-gampang susah. Bagaimana tidak, dari sekian banyak pelukis dan karya lukis di seantero nasional, ia hanya harus dapat memilih beberapa di antaranya.
“Patokan utama kita adalah tema yang kita usung, yakni kebersamaan dalam berkarya, dan kebangkitan bersama. Karya-karya lukis itulah yang kami pilih,” terangnya.
Ia berharap, momentum peringatan empat tahun bencana di Sulteng ini yang diisi dengan salah satunya pameran lukisan akan menjadi motivasi tersendiri bagi semua pihak, terutama para penyintas bencana bahwa semuanya harus tetap berkarya betapapun sulitnya keadaan. Setelah itu baru bangkit secara bersama pula.
Pameran itu akan berlangsung hingga 31 Desember 2022 dan juga akan diisi dengan berbagai diskusi sekitar seni lukis dan workshop lukisan. (afd)