Ini hanya sekadar me-refresh ingatan saat banjir bandang menyapu hampir 3/4 wilayah administratif Desa Bangga, Kec. Dolo Selatan, Kab. Sigi, Sulawesi Tengah, Sabtu (27/4/2019) lalu.
Sepakat, dahsyatnya trio bencana gempa, tsunami, dan likuifaksi 28/9/2018 di Palu, Sigi, Donggala, dan Parigi Moutong memang tidak cukup selaras utk dibandingkan dgn banjir bandang di ujung Selatan Kab Sigi ini.
Namun keberulangan bencana serupa yg kerap terjadi di wilayah itu dan skitarnya, seharusnya membuat lebih “waras” dalam merencana dan bertindak. Bukan karena apa2, tapi karena korbannya adalah manusia, ya.. manusia yg spesiesnya sejenis dgn kita (tmsk yg mbaca ini), yg bisa tergelak, sedih, tak peduli warna kulit, agama, ras, suku, dan latar belakang lainnya.
Kini atau lebih dari dua tahun bencana banjir bandang yg mengubur rumah2 di wilayah itu telah berlalu. Namun “desa mati” itu masih menyisakan bekas2 “derita” yang jujur, menyaksikannya sungguh menyayat hati.
Tentu saja, panjatan harap dan doa agar bencana itu tidak terjadi lagi, baik di Bangga sendiri maupun di wilayah sekitarnya tidaklah cukup. Selain faktor “kehendak Tuhan”, dibutuhkan upaya dan tindakan antisipatif agar jika itu terulang lagi, dampaknya bisa diminamilisr, atau sedikitnya orang2 yg terdampak masih bisa “tersenyum” walau kecut.
Disyukuri, negara hadir dan memikirkan penanggulangan sekaligus langkah antisipatif, walau hrs diakui pula jk kehadiran itu tak sepenuhnya memecahkan 1001 masalah yg timbul pascabencana. Mahfum, Desa Bangga dan skitarnya bukanlah satu2nya wilayah didera bencana dan diurusi oleh negara.
Nah, terkait reduplikasi bencana, BMKG-otoritas weather prediction/forecast mewanti2 ancaman fenomena La Nina hingga awal tahun depan. Perubahan iklim terus menggerogoti hingga terjadinya cuaca ekstrim, slah satunya curah hujan yg akan makin tinggi. Wilayah “rawan bencana” sudah harus mengantisipasi.
Tidak diminta, namun simulasi bencana oleh jajaran SAR dan stakeholder di Desa Bangga dan skitarnya blum lama ini bisa diimplementasikan pada situasi riil jika terjadi beneran.
Akhirnya, potret “muram” bencana jang sampai kembali memantik derai air mata. ***
Foto-foto ini sudah ditayangkan di laman Instagram @bmz_bmz