GIZ Gelar Workshop Sinergi Program Dukung Pembangunan Berkelanjutan di Sulteng

PALU, beritapalu | Dalam rangka memperkuat koordinasi dan sinergi antara berbagai pemangku kepentingan dalam mendukung pembangunan berkelanjutan di Sulawesi Tengah, GIZ bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Sulawesi Tengah melaksanakan lokakarya sinergi program di Palu, Selasa (25/2/2025).
Acara ini dihadiri lebih 100 peserta perwakilan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk perwakilan pemerintah daerah dan organisasi vertikal kementrian, akademisi, organisasi masyarakat sipil (CSO), serta sejumlah sektor swasta.
Kegiatan lokakarya sinergi program ini dibuka Kepala Bappeda Sutleng, Christina Sandra Tobondo yang dalam sambutannya menyampaikan apresiasi kepada GIZ dan mitra-mitranya yang telah mengimplementasikan berbagai proyek pembangunan berkelanjutan di Sulawesi Tengah selama ini, khususnya di area Cagar Biosfer Lore Lindu.
Sandra menjelaskan, proyek-proyek yang diimplementasikan GIZ sejalan dengan berbagai program prioritas pembangunan daerah Sulawesi Tengah, khususnya di bidang kehutanan, pertanian, perkebunan dan perencanaan ruang. Untuk meningkatkan efektifitas dan dukungan pemerintah daerah, diharapkan program GIZ dapat diselaraskan dengan Rencana Pembangunan Menengah Daerah (RPJMD) dan Rencana Strategis (RENSTRA) OPD yang sedang disusun saat ini.
Koordinator GIZ Sulawesi Tengah, Ismet Khaeruddin menyatakan, Provinsi Sulteng menjadi salah satu wilayah intervensi utama dari berbagai proyek kerjasama pemerintah Jerman dan Indonesia yang berfokus pada isu lingkungan, kehutanan, pertanian, serta pengelolaan lanskap darat dan laut secara terpadu.
Saat ini, terdapat lima proyek GIZ yang sedang dilaksanakan di Sulawesi Tengah, yaitu: FORCLIME (Forests and Climate Protection) yang berfokus pada dukungan kepada kesatuan pengelolaan hutan (KPH) untuk pengelolaan hutan lestari, pendampingan perhutanan sosial, penguatan forum pengelolaan cagar biosfer lore lindu.
Ada juga program SASCI+ (Sustainable and Value Add in Agriculture Supply Chain in Indonesia) yang berfokus pada keberlanjutan dan nilai tambah dalam rantai pasok pertanian, khususnya kakao dan kopi. Lalu AGRI-CRF (Innovative Climate Risk Financing for the Agricultural Risk Sector in the ASEAN Region) yang mengembangkan pembiayaan risiko iklim yang inovatif untuk sektor pertanian.
Program SAFE (Sustainable Agriculture for Forest Ecosystems) yang fokus pada pertanian berkelanjutan untuk ekosistem hutan. Dan SOLUSI (Solution for Integration Land and Seascape Management in Indonesia) yang fokus pada pengelolaan lanskap darat dan laut yang terpadu.
Ismet Khaeruddin menekankan bahwa keberadaan proyek-proyek GIZ di Sulawesi Tengah tidak terlepas dari keberadaan Cagar Biosfer Lore Lindu (CBLL) yang telah ditetapkan oleh UNESCO sebagai kawasan yang perlu dilindungi.
“Harapan kami, program-program GIZ dapat disinergikan dengan program kegiatan dinas dan lembaga untuk hasil yang lebih maksimal”, kata Ismet Khaeruddin mengakhiri sambutannya.
Acara ini dikemas dalam bentuk World Café di mana masing-masing proyek memaparkan informasi tentang hasil yang telah dicapai sampai tahun 2024 dan rencana kerja tahun 2025, sebelum berdiskusi untuk mengidentfikasi peluang kolaborasi dan sinergi dengan program pemerintah dan pemangku kepentingan lainnya.
Dalam workshop ini juga memperkenalkan indikator pengelolaan Lanskap Darat dan Laut (LaS) Terpadu yang dikembangkan oleh Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB.
Diskusi ini diharapkan dapat memberikan wawasan dan pemetaan yang lebih jelas mengenai upaya pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan di Sulawesi Tengah. Dengan adanya sinergi yang lebih erat antara proyek-proyek yang sedang berjalan dan rencana strategis mitra pembangunan, pembangunan berkelanjutan di wilayah ini dapat lebih efektif terwujud dan berdaya guna. (afd/*)