TOJO UNAUNA, beritapalu | Sejumlah ternak sapi ditemukan mengidap penyakit Bali-Ziekte di Desa Bulan Jaya, Kecamatan Ampana Tete, Kabupaten Tojo Unauna, Sulawesi Tengah, Selasa (30/7/2024).
Penyakit di ternak sapi itu dilaporkan Ujang Rahmat, peternak di desa tersebut kepada Bhabinkamtibmas, Polsek Ampana Tete, Aipda I Wayan Budi Gunarta yang kemudian mendatangi kandang sapi pelapor.
Aipda Wayan Gunarta mengatakan, sang pemilik sapi mengaku awalnya satu ekor sapi jantan yang terkena penyakit kemudian menular pada sapi betina.
“Dia juga menyampaikan sudah di upayakan untuk mengobati sapi tersebut, namun makin hari semakin parah,” ujar Aipda Wayan.
Melihat kondisi sapi tersebut, Aipda Wayan menghubungi dokter hewan, dan setelah mengkonfirmasi dengan dokter hewan, sang dokter menyebutkan jika sapi tersebut terinfeksi penyakit Bali-Ziekte.
Penyakit Bali-Ziekte ini adalah salah satu penyakit kulit dengan luka meradang yang sering dijumpai pada ternak sapi Bali yang diakibatkan pengembalaan di bawah cahaya atau sinar matahari langsung.
Untuk penanganan awal penyakit Bali-Ziekte ini, Aipda Wayan mengimbau kepada pemilik untuk mengisolasi sapi-sapi yang sudah terinfeksi tersebut agar tidak menular kepada sapi lainnya.
“Isolasi pula ternak dari kontak sinar matahari langsung, kandangkan pada tempat yang teduh sampai ternak sapi benar-benar sembuh dan pastikan mendapatkan air minum yang bersih sebanyak mungkin,” pesan Aipda Wayan.
Penyebab penyakit
Dilansir dari pertanian.go.id, Bali ziekte merupakan penyakit hipersensitivitas yang disebabkan oleh racun lantana camara yang dimakan sapi yang mengakibatkan kulit terkelupas dan luka. Lantana camara merupakan tanaman berbunga yang tumbuh liar di daerah tropis. Daun dan biji tumbuhan ini mengandung racun triterpenoid.
Bali ziekte sering terjadi di musim kemarau pada sapi yang dipelihara degan pola penggembalaan. Sapi yang memakan tanaman ini akan menunjukkan gejala hipersensitifitas. Gejala yang muncul pada sapi yang mengalami bali ziekte pada awalnya antara lain hewan menjadi lemas, nafsu makan berkurang dan kepala terlihat bergoyang.
Satu atau dua hari kemudian, mata dan kulit pada bagian hidung dan mulut mulai tampak menguning. Hal ini terjadi karena sifat toksik dari lantana camara yang mengakibatkan terjadinya gangguan pada organ hati (hepatotokisk) menyebabkan tingginya kadar bilirubin sehingga menyebar ke seluruh organ tubuh yang akan tampak berubah warna menjadi kekuningan.
Selain terlihat kekuningan. area moncong juga akan menjadi kering dan panas. Mata akan menjadi merah akibat meradang dan sedikit menonjol keluar. Kemudian hewan biasanya akan menjadi semakin sensitif terhadap Cahaya matahari (photosensitisation). Area sekitar mulut juga akan menjadi meradang, basah dan menimbulkan rasa sakit.
Pada saat terpapar sinar matahari. area kulit yang tidak berbulu atau bulunya jarang dan tidak berpigmen dapat terkelupas dan membentuk luka yang disertai rasa gatal. Satu sampai empat minggu setelah gejala muncul biasanya akan terjadi kematian jika tidak ditangani dengan baik.
Kematian akibat keracunan akut dapat terjadi paling cepat 3-4 hari setelah sapi memakan tanaman. Penyakit bali ziekte yan terjadi secara akut cenderung lebih susah disembuhkan. Namun jika kadar lantana camara yang dimakan masih sedikit maka kemungkinan sembuh masih bisa 70-90 % dengan pemberian antihistamin.
Tidak Menulan ke Manusia
Sementara itu, Dirjen Terenakan dan Kesehatan Hewan menyebtukan, penyakit tersebut tidak menular kepada mansuia.
“Penyakit ini tidak dapat ditularkan dari sapi ke manusia, artinya penyakit ini tidak bersifat zoonotic,” ungkap Denny, anggota Komisi Ahli Kesehatan Hewan, Kesehatan Masyarakat Veteriner, dan Karantina Hewan Kementerian Pertanian.
“Jika orang berdekatan dengan sapi yang sakit atau mengkonsumsi daging sapi tertular, maka orang tidak akan tertular,” imbuhnya. (afd/*)