PALU, beritapalu | Pemilihan Umum (KPU) telah menetapkan Pilkada Serentak pada 27 November 2024 mendatang. Sejumlah tahapan menuju hari besar itu telah dimulai, tak terkecuali tahapan Pencocokan dan Penelitian (Coklit).
Coklit adalah salah satu tugas dari Petugas Pemutakhiran Data Pemilih (Pantarlih) sebagai tahapan pelaksanaan Pilkada 2024. Pantarlih melaksanakan Coklit dengan cara berkoordinasi dengan RT dan RW, kemudian mendatangi Pemilih secara langsung.
Di Kota Palu, tahapan Coklit telah dilaksanakan sejak 24 Juni lalu dan akan berlangsung sebulan penuh yang berakhir pada 24 Juli 2024 mendatang.
Menjalankan tugas Coklit di dalam kota mungkin bukanlah sesuatu yang sulit. Infrastruktur dan fasilitas yang cukup memadai sangat memungkinan melaksanakannya dengan mudah dan lancar. Tapi bagaimana jika tugas itu dilaksanakan di wilayah terpencil?
Atas nama tugas, apa pun rintangan yang menghadang di depan harus selalu siap diterjang dan tidak membuat kendor. Mungkin demikianlah yang terpatri dalam diri para petugas Pencocokan dan Penelitian (Coklit), sehingga ketika mereka ditugaskan ke daerah terpencil, tak secuil pun tindak dan tanduk penolakan.
Maka di saat Dusun Uventumbu dan Dusun Valiri memanggil untuk di-Coklit, “gairah” pengabdian itu “mendidih”. Meskipun berada dalam wilayah administratif Kota Palu yang notabene adalah ibu kota provinsi Sulteng, namun kedua dusun itu secara geografis terbilang berada di wilayah terpencil. Menjangkaunya tidak sekadar membutuhkan energi ekstra, tetapi juga nyali yang besar.
Bagaimana tidak, beberapa sungai dan anak sungai harus dilewati, infrastruktur jalan yang masih menggunakan “aspal merah basah” yang hanya bisa dilalui sepeda motor dan tidak jarang mengharuskan jalan kaki, belum lagi naik turun bukit. Mencapainya makin sulit pada musim hujan seperti saat ini, karena dipastikan sungainya berisi arus air deras disertai material, dan jalan yang licin.
Petugas Pantarlih harus berjibaku dengan kondisi alam, menemui setiap warga di rumah-rumahnya, mencocokkan datanya dengan daftar pemilih yang sudah ditetapkan.
Bisakah melewatinya? “Bisa!” tandas Komisioner KPU Palu Divisi Perencanaan dan Data, M Musbah yang pada Minggu (7/7/2024) lalu bersama petugas Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) Mantikulore dan Panitia Pemungutan Suara (PPS) Kawatuna, Bawaslu Kota Palu dan Panwascam Mantikulore menyambangi kedua dusun terpencil itu.
Perjalanan menuju kedua dusun itu asyik dan mendebarkan, kata Musbah. Debar dan keasyikannya ditunjukkannya dengan sejumlah rekaman foto dan video selama perjalanan dan proses monitoring Coklit.
“Biar foto dan video yang bicara,” tambah Musbah lagi.
Dalam beberapa foto dan video itu tergambar ketegangan yang terjadi, suasana mencekam yang meliputinya, bercampur aduk dengan perasaan ingin segera menuntaskan tugas itu. Ada kalanya rombongan petugas itu harus saling berpegang tangan ketika menyeberang sungai agar tidak terseret arus. Ada kalanya pula mereka harus saling mengingatkan untuk berhati-hati di jalan yang licin dan becek.
“Tapak sepatu saya hanyut,” kata salah seorang petugas PPK Mantikulore sesampainya di seberang sungai sembari menunjuk sepatunya yang tak bertapak lagi. Sontak rombongan petugas lainnya terkekeh dengan insiden itu. Mereka masih bisa tertawa dengan ketegangan menyeberang sungai berarus deras yang baru saja dilewatinya.
Di video lainnya ditunjukkan bagaimana para petugas demokrasi itu harus berjumpalitan dengan sepeda motornya di atas jalan tanah basah berlumpur nan licin. Mendorong sekuat tenaga, hingga merayap di perbukitan tanpa alas kaki.
Tenaga belum sepenuhnya pulih dari perangkap jalan licin berlumpur, anak sungai di depan sudah menghadang lagi dengan arus derasnya. Tidak ada jalan lain, kecuali saling menguatkan agar hadangan itu bisa dilewati dengan selamat.
Meski begitu, tantangan dan rintangan itu sirna ketika jejeran rumah-rumah warga yang akan di Coklit tampak di depan mata. Rasa lelah tak terkira berangsur menghilang saat proses itu dilaksanakan. Ada perasaan senang di antara mereka ketika sampai dan sasaran kunjungan itu dicapai.
Coklit boleh dibilang semacam verifikasi faktual. Secara de facto harus dibuktikan bahwa mereka yang terdaftar sebagai pemilih tetap benar-benar ada dan siap memilih pada 27 November mendatang. Karenanya, sesulit apa pun medan yang harus ditempuh, sebesar apa pun rintangan yang menghadang, coklit harus menjangkau semuanya, di mana pun.
Rombongan itu pun bergegas kembali usai melaksanakan tugas Coklit-nya di kedua dusun itu. Ada kebangaan tersendiri yang dirasakan, setidaknya membuktikan pada diri mereka bahwa mereka adalah para pengemban amanah negara yang berdedikasi. (bmz)