View this post on Instagram
ARENA di depan panggung di kawasan Taman GOR Palu sudah dikosongkan, host lalu memanggil tim berikutnya untuk menampilkan line dancenya. Delapan orang kemudian berbaris rapi masuk arena, lima perempuan dan tiga pria.
Arena menjadi riuh oleh teriakan penonton yang memadati kompetisi line dance itu, bagaimana tidak, tim yang satu ini terbilang unik. Hampir seluruh anggota timnya nyaris lansia di atas 60 tahun.
Tapi gemuruh teriakan itu sontak mereda ketika tim ini menunjukkan performanya. Meski bisa disebut sudah “kakek dan nenek”, namun mereka tak kalah dengan yang masih muda-muda. Gerakannya begitu seimbang, energik, dan sangat menghibur.
Penonton “terhipnotis” dengan performa yang ditunjukkannya, tidak ada gerakan dalam irama mengundang goyang yang salah. Juri pun terbelalak dengan penampilan para tua itu.
“Umur boleh tua, tapi stamina tetap muda,” celetuk seorang penonton dari belakang menanggapi penampilan tim tersebut. Dan benar saja, usai mempertontonkan kelihaian timnya ber-line dance, gemuruh tepuk tangan menjadi tak terbendung.
Begitu sekelumit keseruan kompetisi line dance yang digelar di Taman GOR Palu, Minggu (18/5/2024). Kompetisi itu adalah bagian dari Festival Sangganipa atau secara harfiah berarti festival “Satu Kali lagi”.
Line dance tidak memandang umur, bahkan tak sedikit orang-orang yang jika usianya menginjak ke masa yang tidak muda lagi memilih olahraga senam dansa ini sebagai wahana membugarkan fisik, gerakannya dinasmi, berirama, dan menyenangkan.
Sedikitnya 15 tim peserta yang ambil bagian pada kompetisi itu dan Sebagian besarnya adalah kalangan “tua”. Satu-satunya tim termuda adalah kelompok mahasiswa yang tampil terakhir.
Line dance memang tidak kenal umur, bahkan bisa jadi menjadi pilihan bagi yang berumur tidak lagi muda. (bmz)