PALU, beritapalu | Isu perubahan iklim (climate change) tak lagi menjadi bahan pembicaraan di konteks nasional, karena secara regional Sulawesi Tengah dampaknya juga sudah di depan mata dan bahkan nyata terjadi.
Demikian antara lain dipaparkan Perwakilan Kantor Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Palu Asep Firman Ilahi dalam seri diskusi perubahan iklim dan persoalan sampah bersama kelompok warga yang difasilitasi Yayasan Arkom Palu, Minggu (20/2/2022).
Asep mengatakan, pemanasan global yang terjadi di seluruh dunia sebagai salah satu efek perubahan iklim juga sudah terjadi di Indonesia dan bahkan di Sulawesi Tengah.
Secara sepesifik dalam pantauannya selama 44 tahun terakhir (1976-2020), trend perubahan suhu dan hujan cenderung meningkat di Sulawesi Tengah. Perubahan itu secara umum seperti peningkatan suhu secara global yakni mencapai 1,5 derajat dalam 100 tahun terakhir.
“Kalau ini terus terjadi dan kita diam saja, maka efeknya tentu akan makin besar,” sebut Asep.
Bahkan Asep mencontohkan tentang ikan endemik di Danau Lindu yang makin sedikit. Beberapa tahun lalu, warga setempat masih bisa menangkap ikan itu sampai 200 ton. Namun dalam waktu empat tahun saja, maksimal yang bisa ditangkap oleh nelayan setempat hanya 15 ton.
Salah satu penyebab penurunan tangkapan itu karena populasi ikan yang makin menurun. Penurunan populasi itu disebabkan karena air hujan yang turun di danau itu makin tinggi tingkat keasamannya. Keasaman air hujan itu disebabkan banyaknya senyawa karbon yang diserap di udara. Karbon yang banyak di udara disebabkan karena banyak hutan yang rusak, dan seterusnya, kata Asep.
Tak itu saja, perubahan iklim juga membuat curah hujan makin tinggi dan menimbulkan anomali cuaca. Di Palu lanjutnya, jumlah curah hujan pada periode musim hujan tidak banyak berubah, namun jumlah hari hujan lebat yang meningkat.
“Ini mengakibatkan potensi bencana hidrometeorologi meningkat, seperti banjir bandang, longsor dan sebagainya,” imbuhnya.
Pengaruh perubahan iklim juga terjadi di sektor perikanan. Pemasanan global mengakibatkan pencairan es di kutub dan menyebabkan kenaikan air permukaan laut. Kenaikan itu merusak terumbu karang dan menyebabkan putusnya mata rantai makanan bagi satwa di laut.
“Hasil tangkapan nelayan akan makin berkurang,” imbuhnya.
Lalu apa yang harus dilakukan agar perubahan iklim ini dapat diminimalisir dampaknya atau menekan laju efek yang ditimbulkannya. Kata Asep banyak yang bsia dilakukan seperti menghemat penggunaan l;istrik, air, menggunakan produk ramah lingkungan, mendaur ulang sampah, menggunakan kendaraan umum, mengunragi pemakaian gas aerosol, juga menanam pohon pohon untuk menyerap karbon di udara.
“Ini butuh kesadaran dan peran serta kita semua,” tandas Asep. (afd)