SIGI, beritapalu | Pemerintah Desa Pakuli Utara, Kecamatan Gumbasa mengupdate, jumlah warga yang terpaksa harus mengungsi akibat banjir di wilayah itu yang terjadi pada Sesin (24/10/2022) malam mencapai 1.214 jiwa.
Jumlah itu menurut Pemdes Pakuli Utara sebagaimana laporannya kepada Bupati Sigi. 103 Kepala Keluarga mengungsi ke salah satu masjid di wilayah itu, selebihnya atau 254 Kepala Keluarga mengungsi ke kerabatnya.
Sementara itu, laporan kerusakan pemukiman penduduk mencapai 180 unit dan dua rumah lainnya dinyatakan mengalami rusak berat terbawa arus air yang cukup deras.
Ruas jalan poros yang menghubungkan Palu-Kulawi di desa itu mengalami kerusakan serius, terutama di sepanjang 800 meter. Air yang meluap dari Sungai Gumbasa menggerus pinggiran jalan tersebut sehingga menimbulkan cekukan dalam.
Tak itu saja, diperkirakan ratusan hektar lahan pertanian dan perkebunan mengalami kerusakan serius. Juga jaringan pipa air rusak berat dan menyebabkan krisis air bersih di wilayah terdampak.
“Beruntung ada beberpa petani yang sudah panen sebelum banjir datang,” aku salah seorang warga.
Sejumlah fasilitas publik juga rusak di antaranya Kantor Desa setempat, balai pertemuan desa, pasar tradisional desa, sebuah sekolah, dua musallah, dan kantor BKKBN kecamatan yang ada di wilayah itu.
Sejumlah warga bersaksi, banjir yang datang secara tiba-tiba itu cukup mengejutkan. Bagaimana tidak katanya, tidak ada hujan di wilayah itu hingga datangnya air bah yang “merobek” tanggul Sungai Gumbasa tidak jauh dari pasar desa.
“Panik, iyalah, tiba-tiba soalnya,” ujar warga.
Air katanya terus mengalir dan semakin deras. Warga panik dan berlarian berusaha menyelamatkan diri. Kepanikan itu makin menjadi-jadi karena ruang untuk berlari juga dipenuhi dengan air yang mengalir deras dari arah sungai.
“Banyak yang shok di pengungsian,” kata seorang petugas di Posko Kesehatan yang didirikan oleh Puskesmas Pandere.
Hingga berita ini diturunkan, sejumlah pengungsi masih bertahan di tempat pengungsian, terutama di Masjid, meskipun air sudah surut. Aliran air di jalan kini sudah tidak ada lagi dan kendaraan roda dua terlihat sudah dapat melewatinya.
Meski begitu, para pelintas harus tetap ekstra hati-hati karena ruas jalan tersebut “compang-camping” akibat gerusan air.
Sejumlah pengungsi yang kini masih mengamankan diri di tempat pengungsian membutuhkan bahan-bahan makanan dan air bersih, popok bayi dan lansia, pakaian dalam, dan kebutuhan lainnya terutama bagi kaum perempuan. (afd)