PALU, beritapalu | Menindaklanjuti program operasi celah bibir dan langit-langit yangtelah dilakukan, Yayasan Senyum Sulawesi Tengah bekerjasama dengan Smile Train Indonesia menggelar kegiatan Speech Camp atau terapi wicara di Gedung BPMP Sulteng selama tiga hari mulai Jumat hingga Minggu (22-24/11/2024).
Di kegiatan yang pertama kalinya digelar di Kota Palu itu, terapi wicara tersebut diikuti 15 orang peserta termasuk seorang di antaranya remaja dari berbagai daerah di Sulawesi Tengah.
Ketua Yayasan Senyum Sulawesi Tengah, drg. Moh. Ghazali, MARS SpBMM SubspT TMJ (K) pada konferensi pers usai kegiatan yang dibuka Penasehat Yayasan Senyum Indonesia drg Farid Sp Anastesi mengatakan, kegiatan ini merupakan rangkaian tahapan selanjutnya bagi pasien celah bibir dan langit-langit pasca menjalani operasi.
“Kegiatan ini merupakan program dari Yayasan Senyum Sulawesi Tengah untuk mengoptimalkan pasien-pasien penderita celah bibir dan langit-langit yang telah kami operasi di wilayah Sulawesi Tengah. Bekerjasama dengan Smile Train, akhirnya hari ini menegaskan kami tidak hanya bermain di ranah operasi celah bibir dan langit-langit, tapi tataran yang lebih tinggi, adalah kualitas pasien pascaoperasi melalui kegiatan Speech Camp ini, terapi wicara,” kata drg Ghazali.
drg Ghazali mengaku telah lama mengharapkan penyelenggaraan Speech Camp tersebut di Sulawesi Tengah. Karena katanya, kalau cuma operasi, sejak 2008 sudah rutin dilaksanakan .
“Ibaratnya kami sudah cukup jauh jam terbangnya. Tapi ternyata kami ketinggalan di landasannya, yakni perubahan pasien tidak hanya dari sisi fisiknya, tapi pasien bisa berbicara atau bersosialisasi di masyarakat dengan lebih baik,” jelasnya.
Menurutnya, andai saja para pasien penderita celah bibir dan langit-langit yang pascaoperasi cara berbicaranya tidak berpengaruh saat bersosialisasi di tengah masyarakat, maka tidak akan ada permasalahan psikologi yang terjadi.
drg Ghazali berharap seluruh pasien pascaoperasi celah bibir dan langit-langit di Sulawesi Tengah bisa ikut serta dalam program terapi bicara ini ke depannya.
“Target kami ke depan, semua pasien yang memenuhi syarat untuk ikut terapi bicara ini akan kami optimalkan. Tujuan kami kami bukan cuma 15 orang saat ini, tapi semua pasien yang ada di wilayah di Sulawesi Tengah. Insyaallah kegiatan ini juga menjadi salah satu program percontohan di Indonesia,” jelasnya.
drg Ghazali menyampaikan terimakasih dan apresiasinya yang tinggi kepada Smile Train Indonesia yang mau bekerjasama dengan pihaknya menggelar kegiatan tersebut.
“ini sungguh luar biasa. Meskipun masih kurang optimal, saya sangat bangga kegiatan ini bisa kami laksanakan,” jelasnya.
“Tadi juga dari Penasehat Yayasan Senyum Sulawesi Tengah sangat terharu, karena beliau tidak menyangka bahwa kita bisa sampai sejauh ini, tidak hanya melaksanakan operasi, tapi bisa sampai ke tahap yang lebih baik lagi, yaitu terapi bicara,” sebut drg Ghazali.
Sementara itu sebelumnya, Ketua Panitia drg Faisal Hamzah dalam laporannya menyebutkan, kegiatan itu dihadiri sejumlah terapis dari berbagai daerah di Indonesia termasuk dari Palu sendiri.
Dikatakan, ini adalah bentuk pemberian layanan komprehensip untuk para pasien yang telah menjalani operasi celah bibir dan langit-langit dan menjadi protokol penanganan pascaoperasi.
“Pemberian terapis wicara ini untuk memkasimalkan fungsi atau kemampuan berbicara bagi mereka yang telah menjalani operasi,”
Menurutnya, waktu terapis selama tiga hari terlalu singkat untuk dilalui untuk mendapatkan hasil yang sempurna. Namun tambah drg Faisal, ini adalah langkah awal dan berharap di masa depan akan lebih banyak waktu yang bisa disediakan untuk memberikan pelayanan terapi wicara tersebut.
Di bagian lain, perwakilan Smile Train Indonesia, Ruth Monalisa dalam sambutannya menyatakan terima kasihnya kepada terapis asal Palu yang ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Train Smile Indonesia sebutnya terus mensupport kegiatan Yayasan Senyum Sulteng apalagi terapi wicara ini pertama kalinya dilakukan.
“Ke depan kiat akan berusaha agar ke depan tidak hanya mancakup 15 orang saja, tetapi kalau bisa sebanyak-banyaknya,” ujar Ruth. (afd)