Menguji Kesiapan Hadapi Ancaman Alam

View this post on Instagram
Wali Kota Palu, Hadianto Rasyid bersama Duta Besar Swiss untuk Indonesia, Olivier Zehndar duduk di barisan kursi utama di bawah tenda di pinggir halaman kantor Wali Kota Palu. Mereka menyaksikan lalu lalang armada kebakaran dan ambulance yang sirenenya saling bersahutan, memecah pagi di hari Kamis (15/5/2025).
Sekelompok personel Basarnas tiba-tiba menyeruak dari truk, melompat dan menurunkan sejumlah peralatan untuk evakuasi. Personel lainnya menyelinap ke lantai dua Kantor Wali Kota Palu, tempat seorang warga melambai, berteriak meminta pertolongan karena terperangkap dalam gedung yang mulai terbakar.
Personel TNI dan Polri tiba di tempat. Mereka langsung mengatur posisi, mengidentifikasi titik-titik evakuasi. Tenda darurat pun segera berdiri oleh relawan Tagana, PMI pun menyiapkan tenda pertolongan pertama.
Handy-Talky yang menyertai kelompok penyelamat tak henti-hentinya bersuara, mengkoordinasikan tindakan yang harus dan segera dilakukan. Semua sibuk, semua focus pada upaya penyelamatan dan pertolongan akibat gempa bumi bermagnitudo 6,2 SR yang tidak berpotensi tsunami.
Seorang korban berlumuran darah ditandu aparat gabungan TNI dan Polri serta Damkar. Di sudut lain, relawan PMI memindahkan korban dari tandu ke atas ambulance untuk perawatan lebih lanjut.
Tali terulur dari lantai dua ketika personel Basarnas menurunkan seorang korban dengan tandu.
Dalam kesemuanya yang menegangkan, yang kesemuanya larut dalam kesiapsiagaan bencana. Mereka mengukur kesiagaannya jika sewaktu-waktu bencana yang tidak diundang dan tidak diminta itu benar-benar datang tanpa pemberitahuan.
Dari ujung arena, Wali Kota Palu tersenyum puas melihat kesiapan aparat dan relawan dalam menghadapi scenario terbruk. Dubes Swiss pun mengangguk setuju dan bahkan memberi apresiasi.
Katanya, sebagai daerah yang berada di Ring of Fire, Kota Palu harus selalu siap menghadapi kemungkinan terburuk. Simulasi seperti ini perlu dilakukan sesering mungkin agar semakin sigap dengan segala situasi yang tak terduga.
Pelajaran dari bencana 28 September 2018, saat gempa, tsunami, dan likuefaksi meluluhlantakkan kota ini, menjadi momentum refleksi bagi semua pihak. Kesiapsiagaan adalah kunci, dan kegiatan seperti simulasi ini merupakan cara terbaik untuk memastikan bahwa Kota Palu tidak lengah menghadapi ancaman alam.
Melalui latihan ini, Pemerintah Kota Palu berharap dapat terus membangun budaya sadar bencana, serta memperkuat sinergi lintas sektor dalam mewujudkan kota yang tangguh terhadap bencana.
Naskah dan Foto: Basri Marzuki