Pradaksina Waisak di Vihara Karunadipa: Mengitari Cahaya Pencerahan

View this post on Instagram
CAHAYA pagi menyinari Vihara Karunadipa di Jalan Sungai Gumbasa, Kota Palu, Senin (12/5/2025) saat ratusan umat Buddha berkumpul untuk menjalankan ritual Pradaksina, bagian dari prosesi sakral Hari Raya Waisak 2569 BE.
Pukul 08.00 Wita, dua orang bhikkhu dengan jubah khas warna safran memimpin langkah-langkah mengelilingi vihara searah jarum jam, diikuti oleh barisan umat yang mengatupkan tangan dalam sikap anjali, penuh penghormatan. Langkah kaki mereka pelan namun penuh makna, melambangkan penghormatan kepada Buddha, Dharma, dan Sangha, serta perjalanan menuju kesadaran dan pencerahan.
Dalam tradisi Buddhisme, Pradaksina adalah cara memuliakan objek suci, mengikuti arah pergerakan matahari sebagai simbol harmoni dan keberuntungan. Ini juga menjadi pengingat perjalanan spiritual, bahwa setiap individu berjalan menuju pemahaman dan kebijaksanaan sejati.
Usai Pradaksina, umat Buddha melanjutkan ritual persembahyangan. Sebelum memasuki vihara, mereka terlebih dahulu menancapkan dupa di wadah yang telah disiapkan, membiarkan aromanya mengisi udara sebagai simbol doa dan penghormatan.
Di dalam vihara, suasana hening dan khusyuk—doa dipanjatkan, mantera dibaca, dan batin dipersiapkan untuk merefleksikan ajaran luhur tentang kebijaksanaan, kedamaian, dan kasih sayang.
Waisak bukan sekadar perayaan bagi umat Buddha, tetapi juga momentum universal untuk merayakan nilai-nilai kebajikan dan kedamaian.
Bagi umat Budha, Waisak memiliki makna yang tak jauh berbeda—menghormati kesadaran ilahi dan memperkuat hubungan dengan nilai-nilai kebijaksanaan. Meski berbeda dalam praktik, esensi spiritual Waisak tetap menghubungkan pemeluk berbagai kepercayaan dalam semangat kemanusiaan.
Di Kota Palu, prosesi di Vihara Karunadipa pagi itu mengingatkan bahwa spiritualitas bukan hanya tentang doa, tetapi juga perjalanan hati dalam mencapai pemahaman dan harmoni.
Saat dupa mengepul dan doa mengalun, Waisak bukan hanya menjadi perayaan, tetapi juga cahaya pencerahan yang terus mengiringi setiap langkah kehidupan.
Naskah dan foto: Basri Marzuki