Stabilitas Sektor Jasa Keuangan Terjaga di Tengah Dinamika Ekonomi Global

JAKARTA, beritapalu | Rapat Dewan Komisioner Bulanan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 30 April 2025 menilai bahwa stabilitas Sektor Jasa Keuangan (SJK) tetap terjaga, meskipun dihadapkan pada tingginya dinamika perekonomian dan volatilitas pasar keuangan global.
April 2025 diwarnai oleh meningkatnya ketidakpastian kebijakan perdagangan global, terutama setelah rencana pengenaan tarif impor resiprokal oleh Amerika Serikat (AS) yang menyebabkan kenaikan tajam volatilitas di pasar keuangan internasional.
Meskipun Presiden Trump mengumumkan penundaan pemberlakuan tarif selama 90 hari, tensi perdagangan antara AS dan Tiongkok tetap tinggi, mendorong IMF, Bank Dunia, dan WTO merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi global.
IMF menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global 2025 menjadi 2,8%, lebih rendah dibandingkan rata-rata historis (2000-2019) yang berada di 3,7%. WTO memproyeksi volume perdagangan barang global 2025 terkontraksi -0,2%, berbanding terbalik dengan proyeksi sebelumnya tumbuh 2,7% (2024: 2,9%).
Amerika Serikat mengalami perlambatan ekonomi, meskipun data ketenagakerjaan tetap solid. Inflasi, tingkat kepercayaan konsumen, dan pertumbuhan ekonomi triwulan I-2025 mengindikasikan perlambatan. Akibatnya, pertumbuhan ekonomi AS diproyeksikan turun dari 2% menjadi 1,4%, dan pasar memperkirakan penurunan suku bunga acuan (FFR) akan lebih agresif, dengan pemangkasan pertama pada Juni 2025.
Tiongkok mencatat pertumbuhan ekonomi yang solid di triwulan I-2025, didorong oleh kinerja manufaktur dan strategi front-loading ekspor untuk mengantisipasi tarif tambahan dari AS. Permintaan domestik masih lemah, namun terdapat indikasi perbaikan dalam peningkatan inflasi inti dan penjualan ritel.
Perekonomian Indonesia
Di dalam negeri, perekonomian menunjukkan pertumbuhan sebesar 4,87% pada triwulan I-2025, didukung oleh konsumsi rumah tangga yang tetap terjaga. Inflasi headline April 2025 berada di 1,95% yoy, dengan inflasi inti stabil di 2,50% yoy, mencerminkan permintaan domestik yang cukup terjaga.
Indikator ekonomi seperti penjualan ritel, semen, dan kendaraan bermotor menunjukkan pemulihan moderat. Surplus neraca perdagangan berlanjut, dan kinerja emiten menunjukkan perbaikan dibandingkan tahun 2023.
Pasar Saham dan Obligasi
Pasar saham domestik sempat tertekan pasca pengumuman tarif dagang AS, tetapi berhasil menguat 3,93% mtd ke level 6.766,8 pada 30 April 2025 (ytd masih melemah 4,42%). Hal ini didukung oleh kebijakan OJK, koordinasi KSSK, SRO, dan pelaku pasar dalam meredam volatilitas.
Kapitalisasi pasar tercatat sebesar Rp11.705 triliun, naik 5,20% mtd (namun masih turun 5,11% ytd). Investor non-resident mencatatkan net sell sebesar Rp20,79 triliun mtd (ytd net sell Rp50,72 triliun). Pasar obligasi menunjukkan penguatan: Indeks ICBI naik 1,61% mtd (naik 3,39% ytd); Yield SBN rata-rata turun 15,53 bps mtd (ytd turun 17,26 bps); Investor non-resident mencatatkan net buy sebesar Rp7,79 triliun mtd (ytd net buy Rp23,02 triliun); Pasar obligasi korporasi mencatat net sell Rp0,01 triliun mtd (ytd net sell Rp1,42 triliun).
Investasi dan Penggalangan Dana
Nilai Asset Under Management (AUM) per 30 April 2025 mencapai Rp821 triliun (naik 1,01% mtd, turun 1,96% ytd). Nilai Aktiva Bersih (NAB) reksa dana tercatat Rp502,10 triliun, naik 1,66% mtd (ytd naik 0,57%). Tercatat net redemption sebesar Rp6,24 triliun mtd (ytd net redemption Rp4,88 triliun). Penghimpunan dana di pasar modal tetap positif, dengan nilai Penawaran Umum mencapai Rp56,06 triliun, termasuk fundraising Rp3,31 triliun dari 6 emiten baru. Saat ini masih terdapat 85 pipeline Penawaran Umum dengan perkiraan nilai indikatif Rp70,54 triliun.
Securities Crowdfunding (SCF) dan Bursa Karbon
Securities Crowdfunding (SCF) terus berkembang, dengan 18 penyelenggara berizin OJK, 805 penerbitan efek dari 510 penerbit, 179.363 pemodal, Total dana SCF yang dihimpun di KSEI sebesar Rp1,53 triliun. Sementara itu di bursa karbon terdapat 112 pengguna jasa berizin, total volume transaksi mencapai 1.598.750 tCO2e, dan nilai transaksi mencapai Rp77,92 miliar.
Di sisi pasar Derivatif Keuangan sejak 10 Januari hingga 30 April 2025, tercatat 56 pelaku dan 6 penyelenggara yang mendapatkan izin prinsip OJK, total volume transaksi derivatif keuangan sebesar 1,13 juta lot, dan akumulasi nilai transaksi sebesar Rp1.050,58 triliun. (afd/*)