PALU, beritapalu | Prosesi penyembelihan sapi kurban Bantuan Kemasyarakatan (Banmas) Presiden Joko Widodo di kompleks Masjid Jami Talise usai shalat Idul Adha, Senin (17/6/2024) diwarnai haru.
Pria bernama lengkap Agus Muranto (47), warga Desa Tinombala, Parigi Moutong yang selama 3,5 tahun merawat sapi berjuluk ‘Arjuno’ ini sejak lahir hingga memiliki bobot 900 kilogram hampir tak rela melepasnya.
Banyak cerita yang membersamai Agus dengan Si Arjuno hingga Dinas Peternakan Sulteng memutuskan memilih Arjuno sebagai sapi kurban untuk Banwas Presiden RI beberapa waktu sebelumnya.
Agus gembira saat sapinya terpilih, namun di saat bersamaan, ia juga merasa sedih karena cerita kebersamaan itu akan berakhir di tangan jagal sapi pada Idul Adha 1445 H.
Menjalani hari-hari akhir kebersamaannya, Agus terus berusaha membersamai ‘kawan sejalan’ itu dari kampungnya di Desa Tinombala ke Palu.
Maka sejak tiba dari kampungnya dari Tinombo ke kompleks Masjid Jami Talise pada Minggu (16/6/2024), nyaris satu detik pun Agus berpisah dari Arjuno. Agus selalu saja berada di dekat Arjuno.
Tak sekadar berada di dekat Arjuno, Agus pun tak henti-hentinya mengelus kepala sapi jenis Limosine itu. Sesekali pula menyikat tubuh sapi itu yang sudah bersih dengan sikat plastik yang dibawa dari peternakannya di kampung.
Elusannya begitu lembut dan membuat Arjuno menjadi tenang. Sepertinya Arjuno sudah tahu betul bagian mana dari tubuhnya yang harus disentuh oleh Agus agar ia dapat menikmatinya. Tapi entahlah, apakah Arjuno tahu sikap Agus itu karena sudah menjelang perpisahannya.
Sekali lagi, kesedihan Agus tak dapat lagi disembunyikan sesaat Gubernur Sulteng, Rusdy Mastura tiba di masjid tersebut untuk dan atas nama Presiden Joko Widodo akan menyerahkan Arjuno ke Imam Besar Masjid Jami Talise untuk dikurbankan.
Agus kian merapat ke Arjuno. Entah apa yang dibisikkan ketika bibir Agus begitu rapat dengan daun telinga Arjuno. Yang pasti, ketika tali penuntun yang mengikat moncong sapi itu diserahkan kepada Gubernur Rusdy, mata Agus tampak berkaca-kaca, meski terkamuflase dengan kacamata yang dikenakannya.
Gubernur Rusdy Mastura mengambil tali itu dan menyerahkan kepada Imam Masjid Jami Talise. Imam nantinya akan mengorganisir penyembelihan dan dagingnya akan dibagi kepada sedikitnya 250 warga yang berada di sekitar kawasan masjid itu.
Sebelumnya, Dinas Peternakan Sulteng melalui UPT UPT V eteriner telah melakukan pemeriksaan kepada Arjuno dan dinyatakan sehat serta bebas dari penyakit mulut dan kuku, infeksi cacing, dan penyakit menular hewan lainnya.
Agus maju ke depan meja ketika namanya disebut oleh pemandu seremonial penyerahan sapi kurban bantuan presiden itu, lalu meneken berita acara penyerahan sapi kurban disaksikan sejumlah petinggi Pemprov Sulteng, Imam Masjid Talise, Ketua FKUB Sulteng, tokoh masyarakat, dan sejumlah warga yang sedari pagi sudah menunggui prosesi itu.
Usai meneken berita acara itu, Agus tidak memilki kuasa lagi terhadap Arjuno. Agus hanya bisa memandanginya dari jauh sembari terus mengamati sekitarnya. Agus menjadi tiba-tiba pendiam.
Puncaknya ketika Arjuno dikerubuti sedikitnya tujuh orang petugas jagal. Mereka mengikat Arjuno dengan kuat, menyandarkan ke tembok di depan masjid, dan merubuhkannya ke lantai. Arjuno meraung kencang seperti sedang meminta pertolongan. Saat itu, Agus tak tampak lagi. Ia tak kuasa lagi menyaksikan Arjuno-nya yang sebentar lagi akan pergi selama-lamanya.
Bayangan masa kecil Arjuno terus terngiang diingatannya, kenangan bermain bersama Arjuno di masa kecil, memberinya makan, memandikannya, hingga tumbuh hampir menyerupai sapi ‘raksasa’ terus menyesakkan kepalanya.
Pekik terakhir Arjuno memecah lantunan takbir yang menyertai penyembelihan. Ia meronta sekuat tenaga. Bobotnya yang mirip raksasa masih kalah kuat dengan ikatan tujuh jagal professional. Lalu darah segar mengalir ke lantai beton tempatpenyebelihan itu dilakukan, Arjuno tidak bergerak lagi. Ia sudah pergi meninggalkan Agus untuk selama-lamanya. (bmz)