SIGI, beritapalu | Gembira Pinem, warga Desa Sibedi, Kecamatan Marawola, Kabupaten Sigi tidak menyangka jika tanaman kelor yang banyak tumbuh dan hanya menjadi pagar hidup di rumahnya memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi dan bahkan bisa menembus pasar hingga ke Dubai, Timur Tengah.
Saat mempresentasikan produk kelor yang diusahakannya pada Business dan Partnership Matching Usaha Lestari di Bukit Doda Indah yang merupakan rangkaian dari kegiatan Festival Lestari ke-5 di Kabupaten Sigi, Gembira Pinem mengemukakan bahwa kelor yang diusahakannya awalnya tidak lebih dari sekadar untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga saja dan juga untuk mengatasi dampak pandemic COVID-19 yang membuatnya harus berhenti bekerja sebagai guru matematika.
“Awalnya dari cerita orang-orang bahwa kelor bisa dibuat dalam berbagai produk turunan seperti minuman, stik, kripik kelor dan sebagainya. Dari situ saya memulai tanaman kelor berbekal sebidang tanah warisan dari orang tua. Saya massih ingat, waktu itu modal awal saya hanya Rp85 ribu,” kenangnya.
Setelah beberapa waktu berlalu lalu, tanaman kelor itu memasuki waktu panen dan misinya untuk membuat produk turunan diwujudkan dengan menelusuri praktik-praktik pembuatan produk turunan dari berbagai sumber.
Alhasil, produk turunan pertama dari kelor berhasil dibuatnya berupa stik kelor dan teh kelor. Produk kelor itu kemudian dipasarkan secara konvesional dengan membawanya langsung ke pasar-pasar tradisional di sekitar desanya. Di luar dugaan, produk itu cukup diminati hingga seorang menyarankan untuk mengupgrade metode pemasarannya dengan merambah system pemasaran secara online atau menggunakan marketplace.
“Kebetulan saya juga menggunakan media sosial, jadi saya memulainya dengan mengupload gambar-gambar stik kelor saya ke marketplace di media sosial,” akunya. Sekali lagi Gembira tercengang dan semakin termotivasi karena respon konsumen cukup besar.
Volume produksi yang terus membesar sudah tidak mampu ditanganinya sendiri. Dari situ ia mulai merekrut tetangganya untuk ikut membantu usaha produk kelornya tersebut. Di sisi lain perluasan pemasaran juga ikut membarenginya.
Tak hanya tenaga yang ditambah, sisi produksi terutama sarana juga ditingkatkan seperti peralatan produksi dan rumah produksi untuk mengimbangi volume yang kian membesar.
“Saat ini saya sudah mempekerjakan 10 orang dari tetangga, termasuk satu di antaranya yang secara khusus adalah tenaga yang berkompeten untuk urusan teknis produksi kelor,” jelas Gembira.
Gembira mengaku, lewat media sosial, seorang rekannya mengenalkannya dengan seseorang pebisnis di Singapura yang bergerak di perdagangan makanan ringan. Gembira menilai, perkenalan itu adalah kesempatan untuk merambah pasar luar negeri. Ia memberanikan diri untuk mengirim stik kelor ke Singapura.
“Setelah Singapura, seseorang dari Dubai di Timur Tengah juga menghubungi saya dan meminta agar juga dikirim produk kelor,” kata Gembira. Baik di Singapura maupun di Dubai, lanjutnya, produk turunan kelor itu mendapat sambutan positif.
Gembira mengaku sedikitnya telah 10 kali mengirim produk kelor bermerek Moringati Kelor ke Dubai, dan 5 kali ke Singapura. Dari keuntungan yang didapat dari penjualan itu, Gembira kini sedang menyelesaikan proses pembangunan rumah produksi untuk produk kelornya.
Meski telah go internasional, Gembira masih tetap mengalami kendala, terutama dalam memenuhi permintaan dari luar negeri. Pasalnya, setiap mengirim produk turunan kelor ke kedua negara tersebut, statusnya hanya katagorikan sebagai barang kiriman biasa atau oleh-oleh, dan bukan sebagai komoditas ekspor.
“Masalahnya kami tidak tahu bagaimana prosesnya, juga tidak tahu dokumen-dokumen apa yang harus diadakan agar dianggap sebagai komoditi ekspor. Karena saya dengar, kalau barang ekspor ada insentif pajak yang diberikan oleh pemerintah,” jelasnya.
Karenanya ia berharap, melalui Business and Partnership Matching Usaha Lestari pada Festival Lestari ke-5 ini, ia bisa mendapatkan mitra untuk memperbesar skala produksi dan pemasarannya sehingga setidaknya bisa berkontribusi lebih besar kepada ekonomi para tenaga kerjanya yang nota bene adalah tetangga Gembira sendiri.
“Mimpi saya adalah go internasional dan punya tenaga kerja dari sekitar saya yang jumlahnya sampai 1000 orang,” tandas Gembira Panim. (afd)