PALU, beritapalu | Ratusan umat Hindu dari berbahai wilayah di Kota Palu melaksanakan ritual Melasti di pantai Dupa, Kelurahan Layana Indah, Palu, Senin (20/3/2023).
Ritual Melasti yang didahului dengan persembahan sesaji dan pengambilan tirta suci dari tengah laut itu berlangsung khidmat meski dilaksanakan di bawah terik matahari.
Ketua Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) Kota Palu, I Made Lunayasa sebelum ritual itu dilaksanakan, Melasti adalah rangkaian dari perayaan Hari Nyepi yang dilaksanakan dua hari menjelang Nyepi. Tahun ini menurut penanggalan Hindu adalah Tahun Baru Saka 1945.
I Made Lunayasa menjelaskan, ritual Melasti digelar untuk penyucian diri, bukan hanya benda sakral milik pura (pralingga atau pratima Ida Bhatara dan segala perlengkapannya) tetapi juga prodbadi-pribadi para umat.
Melasti dilakukan di di pantai atau danau, dengan maksud menghanyutkan segala perbuatan buruk menggunakan air kehidupan (air laut).
Makna tradisi melasti adalah untuk melebur semua pikiran, perkataan, dan perbuatan kotor dan memperoleh kebaikan dari sumber mata air yang disucikan untukkehidupan.
Upacara melasti juga bermakna sebagai upacara untuk menghanyutkan penderitaan masyarakat, memotivasi umat secara ritual serta spiritual untuk menghilangkan penyakit sosial, permusuhan dan sebagainya.
ritual ini juga berarti mengingatkan umat agar mengembalikan kelestarian Lingkungan dan menghilangkan sifat-sifat manusia yang merusak lingkungan.
“Tahun ini lebih banyak umat yang datang melaksanakan ritual Melasti ini, karena seperti kita tahu, tidak ada lagi PPKM (pembatasan kegiatan masyarakat) seperti saat pandemic COVID-19 lalu,” ujarnya sebelum ritual tersebut dilaksanakan.
Ketua Panitia Perayaan Nyepi Kota Palu I Made Mulyadi di kesempatan yang sama menyebutkan, perayaan Hari Nyepi di Kota Palu dilakakuan dalam dua bagian, yakni acara ritual dan acara seremonial. Acara ritual adalah upacara Melasti dan persembahyangan di Pura.
“Seremonialnya nati setelah ritual tersebut dilaksanakan,” tambahnya.
Sebelum dilaksanakan upacara Melasti tersebut, perwakilan umat, yakni sejumlah pandita mengambil tirta suci dari tengah laut sembari melepaskan persembahan seekor ayam dan seekor bebek warna hitam.
Pelarungan sesembahan itu sebagai simbolisasi pelepasan keburukan sembari berharap kebaikan dengan mengambil air suci untuk digunakan pada ritual Melasti. (afd)