Guterres Desak Penyelidikan atas Pembantaian di Lokasi Bantuan Pangan

GAZA, beritapalu | Peristiwa tragis kembali mengguncang Gaza, ketika lebih dari 30 warga Palestina tewas dan lebih dari 100 lainnya terluka saat mengantre untuk mendapatkan bantuan pangan. Kejadian ini terjadi pada Minggu, 1 Juni 2025, di dua titik distribusi di Rafah dan Gaza Tengah, di tengah ancaman kelaparan yang terus membayangi lebih dari dua juta jiwa.
“Tidak pantas warga harus mempertaruhkan nyawa demi makanan.” Begitulah kecaman keras yang disampaikan oleh Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres, seraya mendesak adanya penyelidikan independen dan penegakan keadilan bagi korban.
Lokasi distribusi bantuan dikelola oleh Gaza Humanitarian Foundation (GHF)—organisasi baru yang mendapat dukungan dari Israel dan Amerika Serikat serta melibatkan kontraktor keamanan swasta dari AS. Operasi ini mengabaikan PBB dan lembaga kemanusiaan lainnya, memunculkan pertanyaan besar tentang transparansi dan keamanan distribusi bantuan.
Akses bantuan dalam skala besar harus dipulihkan. PBB harus diizinkan beroperasi tanpa hambatan. Israel memiliki kewajiban hukum internasional untuk memfasilitasi bantuan kemanusiaan.
Kelaparan mengancam Gaza. Setelah 20 bulan perang dan blokade bantuan selama tiga bulan, masyarakat menghadapi krisis pangan akut, meski Israel sempat membuka perbatasan Kerem Shalom untuk memungkinkan masuknya suplai susu bayi, tepung, dan obat-obatan.
Serangan terhadap fasilitas medis. Pusat Kesehatan Noura Al Kaabi di Gaza Utara terkena serangan pada Minggu, memperparah situasi di mana 40% pasien meninggal sejak Oktober 2023 karena minimnya akses medis.
Pemindahan paksa dan kehilangan akses pendidikan. Sekitar 640.000 orang telah dipaksa berpindah sejak Maret, termasuk 100.000 pengungsi baru di Khan Younis dan Deir Al-Balah, membuat sedikitnya 8.000 siswa kehilangan akses pendidikan karena sekolah ditutup.
Krisis air semakin memburuk. Pipa utama Deir Al-Balah yang memasok 12.000 meter kubik air per hari masih rusak, dan Israel menolak upaya perbaikannya, termasuk lima misi distribusi air untuk pengungsi di Jabaliya.
“Konflik ini tidak akan menemukan solusi melalui jalan militer,” ujar Guterres, kembali menyerukan gencatan senjata permanen, pembebasan sandera tanpa syarat, dan penghormatan terhadap prinsip kemanusiaan dalam distribusi bantuan.
Di tengah penjarahan pangan yang meningkat, dengan warga Gaza yang kelaparan terpaksa mengambil tepung langsung dari truk, dunia kini dihadapkan pada dilema kemanusiaan terbesar dalam sejarah Gaza. (afd/*)