Penguatan Kapasitas Pengelolaan Kawasan Konservasi Banggai Dalaka
PALU, beritapalu | Burung Indonesia menggelar lokakarya untuk meningkatkan kapasitas pewngelolaan Kawasan konservasi Banggai Dalaka di salah satu hotel di palu, Senin (28/4/2025).
Perwakilan Burung Indonesia, Wahyu Teguh mengatakan, kawasan Konservasi Perairan Banggai Dalaka telah diidentifikasi sebagai salah satu Kawasan Konservasi Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (KKP3K) yang memiliki peran strategis dalam menjaga keberlanjutan sumber daya pesisir dan laut.
KKP Banggai Dalaka ditetapkan melalui Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 53/KEPMEN-KP/2019, kawasan ini mencakup wilayah seluas 856.649,13 hektar di Kabupaten Banggai, Kepulauan Banggai, dan Banggai Laut, Provinsi Sulawesi Tengah.
Kawasan ini terdiri dari ekosistem penting, seperti terumbu karang, padang lamun, dan mangrove yang menjadi habitat bagi biota laut, termasuk spesies yang dilindungi dan bernilai ekonomi tinggi. Kawasan ini juga memiliki nilai sosial-ekonomi bagi masyarakat setempat, terutama di Banggai Kepulauan, sebagai sumber penghidupan dan bagian dari budaya lokal.
Namun, pengelolaan kawasan ini menghadapi tantangan serius akibat aktivitas manusia, seperti penangkapan ikan yang tidak berkelanjutan, degradasi habitat, dan juga ancaman perubahan iklim.
Menurut Wahyu Teguh, pemantauan Layanan Alam (PLA) tingkat desa merupakan elemen penting untuk mendukung pengelolaan kawasan secara efektif. PLA memungkinkan mengidentifikasi perubahan kondisi ekosistem, mengevaluasi keberhasilan program konservasi dan merespons ancaman secara lebih adaptif.
Data hasil pemantauan juga mendukung pengambilan keputusan yang berbasis bukti, meningkatkan akuntabilitas pengelolaan, dan memastikan manfaat konservasi dirasakan langsung oleh masyarakat setempat.
Lokakarya ini dirancang untuk meningkatkan kapasitas para pemangku kepentingan dalam pemantauan kawasan konservasi, menyamakan persepsi tentang pentingnya pemantauan di KKP3K Banggai Dalaka, mengidentifikasi mekanisme pembiayaan berkelanjutan, mendukung keberlanjutan pengelolaan kolaboratif berbasis data di KKP3K Banggai Dalaka, dan mengintegrasikan kegiatan PLA dalam sistem pemantauan kawasan konservasi.
Wahyu menekankan bahwa pengelolaan kawasan yang efektif memerlukan kapasitas kelembagaan untuk perencanaan, implementasi, dan evaluasi kinerja. Juga memerlukan kesamaan persepsi dan kemauan multipihak, pembiayaan yang berkelanjutan dan akuntabel, serta dukungan data ekosistem yang rutin dan memadai.
“Lokakarya ini merupakan langkah awal untuk menyusun mekanisme kolaborasi dalam pengelolaan kawasan KKP3K Banggai Dalaka. Pengelolaan yang efektif tidak hanya membutuhkan komitmen, tetapi juga kolaborasi antar-stakeholder demi keberlanjutan kawasan,” ungkap Wahyu. (afd/*)