Nanang Gelar Reses di Kedai Vespa

PALU, beritapalu | Di tengah tradisi reses legislatif yang biasanya diadakan di kantor kelurahan, lapangan terbuka, atau aula serbaguna, anggota DPRD Kota Palu dari Fraksi PKB, Nanang menghadirkan suasana berbeda.
Dalam reses yang digelar pada Selasa (22/4/2025) malam, ia memilih Kedai Vespa di Jalan H Hayun Palu sebagai lokasi pertemuan dengan konstituen, menciptakan nuansa lokal yang kental dan unik.
Dalam forum ini, dua isu utama menjadi sorotan, yaitu dukungan anggaran untuk event tahunan komunitas vespa dan kejelasan legalitas usaha bengkel vespa, khususnya terkait kewajiban memiliki Nomor Induk Berusaha (NIB).
Menanggapi aspirasi tersebut, Nanang menawarkan langkah konkret. Ia menjelaskan strategi penganggaran yang memungkinkan dukungan terhadap komunitas vespa, khususnya melalui usulan pada pokok-pokok pikiran (pokir) anggota dewan. Namun, ia juga mengingatkan pentingnya menyesuaikan usulan dengan regulasi yang berlaku.
“Ane mamala (kalau bisa), kalau kita di luar sistem, santangamate kita (setengah mati kita). Jadi kita coba dampingi prosesnya, supaya nanti bisa dimasukkan ke pokir,” ujar H. Nanang, menggunakan dialek khas Kaili yang disambut antusias oleh warga.
Terkait legalitas bengkel vespa, perwakilan Dinas Sosial menjelaskan bahwa bantuan senilai Rp10 juta dalam bentuk barang dapat diajukan melalui Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Masyarakat dapat merujuk contoh proposal yang disediakan di kantor dinas untuk memulai prosesnya.
Reses kali ini juga melibatkan program Sekolah Parlemen Muda (SPM). Salah satu pesertanya, Audrey Lima Wongsonegoro, menyampaikan apresiasinya terhadap pendekatan yang dilakukan. “Rasanya ini reses yang cair tapi serius. Lokasinya unik di Kedai Vespa, ada lagu Kaili, ada suguhan khas, dan pembahasannya sangat substansial. Aleg dan OPD saling mendukung tanpa kesan lempar tanggung jawab,” ungkapnya.
Dengan dihadiri sekitar 80 warga, mayoritas dari komunitas vespa, suasana diskusi terasa akrab namun produktif. Lantunan lagu Kaili dan jamuan sederhana membuat reses ini menjadi lebih dari sekadar formalitas. Dialog hidup antara masyarakat dan dewan menghadirkan nuansa yang berakar pada budaya lokal.
Reses ini menegaskan bahwa pendekatan kreatif dan berbasis komunitas dapat menjadikan agenda legislatif lebih relevan. Seperti vespa yang klasik namun tetap memiliki daya tarik, forum reses ini pun menjadi simbol sinergi budaya, aspirasi, dan keterlibatan aktif antara masyarakat dengan perwakilan mereka. (afd/*)