PALU, beritapalu | Kota Palu selama Februari 2025 mengalami deflasi sebesar 0,35 persen (yoy). Angka itu lebih rendah dibandingkan realisasi deflasi tahunan nasional sebesar 0,09 persen (yoy).
Badan Pusat Statistik (BPS) dalam rilisnya Senin (3/3/2025) menyebutkan, secara aggregate, Provinsi Sulawesi Tengah mengalami deflasi sebesar 0,38 persen. Sebelumnya di Januari 2025, tingkat inflasi di Sulteng mencapai 0,02 persen.
Inflasi di Sulteng pada Februari 2025 terjadi di Luwuk sebesar 0,48 persen (yoy). Tiga kota lainnya yang diamati Indeks Harga Konsumennya (IHK) yakni Tolitoli, Palu, dan Morowali masing-masing mencatatkan deflasi secara berurut 0,74 persen, 0,35 persen, dan 0,77 persen.
Adapun komoditas utama yang mencatat andil inflasi bulanan (mtm) tertinggi di Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Februari 2025, yaitu: beras (0,08%), emas perhiasan (0,08%), ikan kembung (0,06%), ikan cakalang (0,05%), ikan selar (0,04%).
Sedangkan komoditas utama penyumbang andil deflasi terdalam di Provinsi Sulawesi Tengah pada bulan Februari 2025 adalah: tarif listrik (-0,29%), cabai rawit (-0,06%), daging ayam ras (-0,04%), bawang merah (-0,03%), dan tomat (-0,02%).
Penyumbang utama deflasi Provinsi Sulawesi Tengah secara bulanan didorong oleh kelompok Perumahan, Air, Listrik, dan Bahan Bakar Rumah Tangga dengan sumbangan 2,26%.
Koordinator Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Sulawesi Tengah yang juga Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulteng, Rony Hartawan mengatakan, TPID Sulteng terus bersinergi untuk menjaga capaian inflasi melalui berbagai program pengendalian inflasi.
Sejauh ini TPID Sulteng telah melakukan berbagai langkah antara lain: Gerakan Palu Mandiri Tangguh Pangan (MANTAP) menanam BARITO (Bawang, Rica/Cabai, Tomat); Pelaksanaan pasar murah di Kota Palu, Kabupaten Banggai, dan Tojo Una-Una; Pelaksanaan High Level Meeting TPID Provinsi Sulawesi Tengah dan beberapa Kota/Kabupaten di Kota Palu; dan Kampanye diversifikasi bahan makanan melalui lomba Menu Kreasi Tekan Inflasi (MARISI). (afd/*)