BANGKOK, beritapalu | Konferensi Tingkat Menteri Asia-Pasifik tentang Tinjauan Beijing+30 atau Asia-Pacific Ministerial Conference on the Beijing+30 Review telah diselenggarakan Senin (19/11/2024) dengan dihadiri oleh 1.200 delegasi dari pemerintah, organisasi masyarakat sipil, kelompok muda, sektor swasta, dan akademisi untuk mendiskusikan kemajuan dan aksi prioritas untuk mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan.
Konferensi ini diselenggarakan bersama oleh Komisi Sosial Ekonomi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Asia dan Pasifik (UN ESCAP) dan Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan (UN Women) menjelang peringatan 30 tahun Deklarasi dan Platform Aksi Beijing tahun depan. Instrumen internasional untuk pemenuhan hak asasi perempuan terus mendorong kebijakan menuju kesetaraan gender.
“Ketika peluang baru muncul, kita harus memastikan perempuan dan anak perempuan untuk ikut berkembang,” jelas Sekretaris Eksekutif ESCAP Armida Salsiah Alisjahbana di sambutan pembukaannya.
Armida Alisjahbana juga menambahkan bahwa perempuan harus menjadi garda depan dalam isu-isu yang menentukan masa depan kita bersama seperti aksi iklim dan transformasi digital.”
“Ini adalah megatrends saat ini, dan tanpa berfokus pada kesetaraan gender, tren ini berisiko memperdalam ketidaksetaraan gender. Kita harus memastikan perempuan memiliki alat, serta mendapat pelatihan dan sumber daya untuk memimpin di bidang tersebut sehingga mereka tidak hanya berpartisipasi tetapi juga mendorong solusi untuk masa depan,” kata Alisjahbana.
“Ke depan, Tinjauan Beijing+30 menawarkan kita kesempatan unik untuk mendorong komitmen politik dan keterlibatan publik untuk mempercepat implementasi Platform Aksi Beijing,” kata Sima Bahous, Direktur Eksekutif UN Women.
“Mari kita manfaatkan momen ini untuk kembali berkomitmen pada prinsip-prinsip Platform Aksi Beijing, dengan memastikan bahwa perempuan dan anak perempuan di kawasan Asia-Pasifik menjadi pusat agenda ekonomi, sosial, dan politik. Kita harus terus maju dengan tindakan berani yang tidak hanya mengatasi tantangan yang ada, tetapi juga membuka jalan bagi generasi yang akan datang untuk berkembang.”
Saat ini, lebih banyak anak perempuan di seluruh Asia dan Pasifik yang bersekolah dibanding sebelumnya. Angka kematian ibu telah menurun sepertiga sejak tahun 2000, dan perempuan telah memperoleh akses yang lebih besar ke posisi kepemimpinan dalam politik, bisnis, dan dalam posisi pengambilan keputusan.
Terlepas dari pencapaian yang diraih dalam beberapa dekade terakhir, kemajuan masih lambat dan tidak merata di seluruh kawasan. Hambatan kritis tetap ada: Norma sosial diskriminatif dan stereotip gender yang mengakar kuat; tingkat kekerasan berbasis gender yang tinggi; pekerjaan rumah tangga dan perawatan tak berbayar yang tidak proporsional; dan kurangnya investasi untuk kesetaraan gender.
Pada konferensi ini, ESCAP dan UN Women juga meluncurkan laporan baru berjudul Charting New Paths for Gender Equality and Empowerment: Asia‑Pacific Regional Report on Beijing+30 Review. Laporan tersebut menyoroti tantangan yang ada, serta solusi dan strategi ke depan di bawah enam area tematik: pengurangan kemiskinan dan pengembangan sumber daya manusia; kesejahteraan dan pekerjaan layak; bebas dari kekerasan berbasis gender; partisipasi yang bermakna dan tata kelola yang responsif gender; masyarakat yang damai dan adil; serta kesetaraan gender dan lingkungan.
Laporan tersebut menekankan tiga tindakan penting untuk memperkuat landasan guna mempercepat kemajuan dalam kesetaraan gender di seluruh sektor, termasuk mengubah norma gender; memperkuat pengumpulan dan penggunaan data gender; dan mendorong investasi untuk kesetaraan gender dan kemitraan lintas sektoral. (afd/*)