View this post on Instagram
Dua hari pelaksanaan Palu Menari Festival yang digelar Komunitas Seni Lobo di Lapangan Mini Kelurahan Tavanjuka pada 26 dan 27 September 2024 telah usai. Energi telah dikuras sehingga bisa berlangsung sukses. Sisanya adalah kesan energik yang terus membekas.
Seluruh penampil mempertontonkan performa terbaiknya, bergerak dari sudut panggung temaram dengan aneka warna lampu ke sudut panggung terbuka lainnya. Hentakan dan bahkan sesekali histeria membungkam penonton yang duduk manis di depan panggung beralas tikar dan terpal.
Lihatlah Risty Lestari dengan ‘Kembali ke Batas’ nya, atau perhatikanlah Tasya Qumaira dengan ‘Suyu-suyu’ nya, atau Rahmatiah dengan ‘Perempuan dan Dua Bencana’ nya. Ketiga koreografer muda perempuan ini bahkan menghipnotis dengan gerakan-gerakan tarinya yang sarat makna.
Tapi Sanggar Seni Kuas SMAN 2 Palu, Banua Tari Kabasara, Lembaga Kesenian Tirani, Komunitas Avo Bulava, Komunitas Berbudaya Sulawesi Tengah, Sanggar Seni Kaktus, dan Sanggar Seni Polelea Sigi ingin lebih interaktif. Kolaboratif dengan lebih dari satu penari membuat energi makin energik.
Para penari itu, para pecandu seni gerak itu sedang memuaskan dahaganya di panggung ekspresi. Mereka bahkan tidak bisa menemukan panggung yang sama untuk berteriak tentang keberadaannya.
Naskah dan foto: Basri Marzuki