View this post on Instagram
EKA Wahyuni dan Azwar Ahmad, keduanya seniman asal Berau, Kaltim, melakukan perjalanan dari Berau ke Palu untuk bertemu dan mempertukarkan konteks hunian warga yang dibayangi kerentanan.
Perjalanan itu diterjemahkan melalui serangkain proyek seni sites-spesific ‘Spotless Future’ bersama sejumlah kolaborator dan Forum Sudut Pandang. Spotless Future sendiri adalah taktik untuk saling bertemu, memandang, memikirkan ulang, dan mencari cara-cara baru dalam meretas kerentanan atas diri dan wilayah yang dihuni.
Demikianlah prolog karya kedua seniman yang menamakan diri Tepian Kolektif, sebuah pergerakan yang fokus pada pengarsipan seni dan budaya di Kabupaten Berau, Kaltim. Gerakan ini bertujuan untuk mereproduksi pengetahuan local serta menjadi media pertukaran perspektif.
Rahmadiyah Tria Gayatri, pendiri Forum Sudut Pandang yang menjadi kolaborator dalam Spotless Future itu mengatakan, presentasi public itu terselenggara atas dukungan Kemendikbud.
“Awalnya ada dua daerah yang dituju, yakni Palu dan Biak, namun akhirnya Forum Sudut Pandang di Palu yang dipilih karena lebih siap,” sebut Rahmadiyah.
Spotless Future jelas Rahmadiyah, menggambungkan banyak aliran seni, mulai dari seni rupa, photography, instalasi, multimedia. Sehingga lebih condong disebutnya sebagai mix art.
Presentasi public itu berlangsung dua hari, Senin (16/9/2024) dibuka hingga Selasa di Gedung Juang. Diskusi singkat dihadiri Eka Wahyuni dan Azwar Ahmad yang dipandunya menjadi penanda pembukaannya, dilanjutkan dengan performance art Eka Wahyuni.
“Ini adalah hasil perjalanan saya selama sebulan berada di Kota Palu,” kata Eka Wahyuni sembari memersilakan pengunjung menikmati sajian mix art di dalam Gedung Juang.
Di dalam gedung, ada Future Spotless Lab, Unidentified, Kolam Cahaya, dan Batu Berbisik. Semuanya tersaji dengan apik.
Di hari kedua besok, akan ada wacana seniman. Kesempatan kolaborasi seni terbuka di momentum ini.
“Kolaborasi dan kolektivitas seperti ini akan terus kita lakukan ke depan,” tandas Rahmadiyah lagi.
Naskah dan foto: Basri Marzuki