
Yayasan Senyum Sulawesi Tengah Peringati Hari Senyum Sedunia di Palu
PALU, beritapalu | Ketua Yayasan Senyum Sulawesi Tengah (YSST) drg. Mohammad Gazali Malik, SpBM menyerukan agar stigma negatif yang kerap ditujukan kepada anak penyandang celah bibir dan lelangit dihapuskan.
Seruan itu disampaikannya saat menjadi pembicara pada Talkshow yang dihadiri sejumlah orang tua anak penyandang celah bibir dan lelangit dalam rangkaian peringatan Hari Senyum Sedunia atau World Smile Day di Palu, Sabtu (7/10/2023).
Selain talkshow yang juga menghadirkan psikolog Idris Y. Min’un itu, perayaan World Smile Day itu juga diwarnai dengan kegiatan family gathering, games, dan pementasan seni yang diikuti orang tua dan anak-anak penyandang celah bibir dan lelangit di Kota Palu dan sekitarnya.
“Celah bibir dan lelangit itu bukan aib. Tapi justeru keisitimewaan yang diberikan kepada anak,” tandas dokter gigi spesialis bedah mulut dan maksilofasial ini dalam talkshow tersebut.

Stigma negatif yang kerap ditujukan kepada anak penyandangnya tidak saja mempengaruhi psikologi anak bersangkutan, lebih dari itu kata drg Gazali, anak-anak akan kehilangan kepercayaan diri dan enggan bersosialiasi.
Peran orang tua menurutnya sangat penting karena tumbuh kembangnya anak banyak ditentukan oleh orang tua sebagai orang terdekatnya. Orang tua harus bisa menerima bahwa inilah keistimewaan yang harus dijaga dan dirawat dengan baik.
Karena itu lanjutnya, di YSST penanganan anak penyandang celah bibir dan lelangit tidak berakhir hingga proses operasi selesai, melainkan berlanjut hingga proses pendampingan termasuk penguatan psikologis baik kepada anak bersangkutan, maupun kepada orang tua.

drg Gazali mengapresiasi sikap positif sebagian besar orang tua anak penyandang celah bibir dan lelangit di Sulteng yang secara terbuka telah menerima keadaan itu. Penerimaan itu terutama ditandai dengan kesediaan mengikuti semua aspek yang berkaitan dengan penanganan anak yang mengalami celah bibir dan lelangit.
“Kita sudah mengoperasi sekitar 1.600 anak sejak 2002 lalu,” ungkap drg. Gazali.
Angka itu dipastikannya akan terus bertambah mengingat jumlah kelahiran bayi dengan kondisi celah bibir dan lelangit juga terus terjadi. Ia mengungkapkan, setiap 700 kelahiran terdapat seorang bayi yang mengalami hal tersebut.
“Banyak faktor yang menyebabkan hal itu, bisa karena faktor genetika, trauma saat hamil, bisa juga karena faktor gizi,” jelasnya.

Di Sulawesi Tengah lanjutnya, sejak 2002 telah dilakukan penanganan melalui serangkaian kegiatan antara lain dalam bentuk bakti sosial yang dikerjasamakan dengan berbagai lembaga sosial kemanusiaan dan juga rumah-rumah sakit.
“Insya Allah pada 18 dan 19 Oktober mendatang kita akan melaksanakan Kembali operasi celah bibir dan lelangit bekerjasama dengan Rumah Sakit Bahayangkara Sulteng,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Panitia kegiatan tersebut, drg Muh. Azwindar mengatakan, perayaan Hari Senyum Sedunia kali ini bertema “All Smile are Beautiful”. Tema itu menurutnya sengaja diangkat sebagai dorongan tak hanya kepada anak penyandang celah bibir dan lelangit tetapi juga kepada para orang tua dan pihak terkait bahwa senyum itu adalah hak bagi siapapun.
“Kita juga melakukan family gathering yang merupakan bagian dari penguatan psikologis terutama keapda orang-orang tua,” kata drg Azwindar yang saat itu dibersamai relawan YSST, Selfina Cepy. (bmz)
Comments are closed.