PALU, beritapalu | Teluk Palu jadi tempat sampah plastik, airnya terkontaminasi mikroplastik jenis khlorin dan phospat. Demikian kesimpulan hasil penelitian yang dilakukan Tim Ekspedisi Sungai Nusantara (ESN) berkolaborasi dengan Komunitas Seangle, dan Perkumpulan Telapak Sulawesi yang dikemukakan dalam sebuah pemaparan di Nemu Buku, Palu, Sulteng, Kamis (13/10/2022) malam.
Peneliti ESN, Prigi Arisandi mengungkapkan, perairan Teluk Palu telah tercemar mikroplastik rata-rata 112,6 partikel mikroplastik dalam 100 liter air. Uji kualitas air di perairan Teluk Palu dilakukan di Kota Palu dan Kota Donggala pada Rabu dan Kamis (12-13 Oktober 2022).
“Selama kegiatan penelitian kami mengambil 50 liter air dengan menggunakan mistic scan, berupa kaleng steinless steel dengan screen plankton ukuran mess 300 diikat dengan karet diujung lubang berfungsi sebagai penyaring air, material yang tersaring dalam screen plankton kemudian diamati dibawah mikroskop portable dengan dengan pembesaran 100-400 kali,” ungkap Prigi.
“Kegiatan penelitian yang kami lakukan menemukan bahwa perairan Teluk Palu telah tercemar Mikroplastik, jenis mikroplastik yang paling banyak ditemukan adalah jenis fiber sebesar 72 persen dari total mikroplastik yang kami temukan” beber Abizar Ghiffary dari Komunitas Seangle.
Abizar menyatakan, selain tercemar mikroplastik, perairan Teluk Palu juga telah tercemar khlorin, nitrat dan phospat. Pencemaran khlorin, nitrat dan phospat berasal dari limbah cair domestik yang tidak terkelola dan langsung dibuang ke sungai.
No | Lokasi | Mikroplastik (100 Liter) | Jumlah | ||
Fiber | Filamen | Fragmen | |||
1. | Pantai Patung Kuda | 150 | 24 | 12 | 186 |
2. | Pantai Dupa Indah | 40 | 24 | 8 | 72 |
3. | Pantai Tanjung Karang Donggala | 56 | 10 | 14 | 80 |
246 | 58 | 34 | 338 |
Ancam Seafood
“Mikroplastik adalah serpihan plastik berukuran kurang dari 5 mm yang berasal dari hasil pemecahan dari sampah plastik seperti tas kresek, styrofoam, botol plastik, sedotan, alat penangkap ikan, popok dan sampah plastik lainnya yang dibuang di perairan Teluk Palu, karena paparan sinar matahari dan pengaruh fisik pasang surut maka sampah plastik ini akan rapuh dan terpecah menjadi remah-remah kecil,” jelas Prigi Arisandi.
Prigi juga menyebtukan, pada mikroplastik akan dimakan oleh ikan-ikan yang ada di Teluk Palu karena bentuk mikroplastik menyerupai plankton yang menjadi salah satu sumber makanan ikan.
“Jika mikroplastik sudah ada di perairan maka tinggal menunggu waktu mikroplastik akan masuk dalam lambung ikan dan masuk ke dalam tubuh manusia, padahal mikroplastik ini termasuk senyawa pengganggu hormon. Maka jika ditemukan dalam tubuh manusia atau darah manusia akan terjadi gangguan hormon reproduksi, hormon pertumbuhan dan daya tahan tubuh, salah satunya adalah terjadinya menopause dini,” terangnya.
Mikroplastik juga disebutnya memiliki kemampuan untuk menyerap polutan dalam air dan bisa berperan sebagai media tumbuh bakteri pathogen.
Mikroplastik dari Ecological Observation and Wetlands Conservation menyebutkan bahwa mikroplastik mengikat polutan yang ada di air seperti logam berat, detergen, chlorine, pestisida dan bahan kimia berbahaya dalam air.
“Mikroplastik berperan seperti transporter yang mengangkut polutan di air menempel pada mikroplastik dan terikut masuk ke dalam tubuh manusia, setelah masuk bahan polutan akan tersebar ke peredaran darah manusia, sehingga menyebabkan beragam gangguan kesehatan pada tubuh manusia, selain itu mikroplastik juga menjadi media tubuh bakteri pathogen” imbuh Prigi Arisandi.
Ia mengemukakan, secara umum Tim ESN melihat ada tuga faktor penyebab pencemaran mikroplastik di Teluk Palu, yakni minimnya layanan pengangkutan sampah dari rumah-rumah penduduk ke Tempat Pengumpulan Sampah sementara.
Secara umum menurutnya, kota/kabupaten di Indonesia hanya mampu melayani kurang dari 40 persen penduduk, sehingga 60 persen penduduk Indonesia tidak terlayani pengangkutan sampah, mereka umumnya membakar sampah, menimbun dan membuangnya ke sungai. Tiap tahun Indonesia membuang tiga juta ton sampah plastik ke laut melalui sungai dan menjadikan Indonesia menjadi penyumbang sampah plastik terbesar kedua setelah China.
Penyebab kedua adalah minimnya kesadaran memilah sampah dan membuang sampah pada tempatnya. Indeks kepedulian lingkungan penduduk Indonesia masih rendah yaitu 0,56 dari skala 0-1. Rendahnya kepedulian inilah yang menyebabkan penduduk Indonesia membuang sampah seenaknya, termasuk membuang sampah ke sungai.
Lalu ketiga, masifnya penggunaan plastik sekali pakai seperti tas kresek, sedotan, styrofoam, popok dan botol plastik yang masih massif digunakan di Kota Palu dan Donggala sehingga perlu pengendalian penggunaan plastik sekali pakai. (afd/*)